SuaraBali.id - Penganan khas Jembrana Jeja Bendu atau kue bendu hingga kini masih kerap jadi buah tangan bagi para wisatawan yang berkunjung ke Bali.
Salah satu yang masih memproduksi penganan tradisional ini yakni Ni Ketut Semioni (51). Pemilik Usaha Kembang Sari dari Banjar Munduk Desa Kaliakah Kecamatan Negara, Jembrana Bali tersebut tetap mempertahankan jajanan kue Bendu.
Berawal ikut bekerja bersama kakak, karena punya keahlian buat jajan dadar. Akhirnya, ia tekun menggeluti pembuatan kue Bendu tahun 2002.
Ni Ketut Semioni Sabtu (16/10/2021) menceritakan, untuk olahan bahan yang dibutuhkan daun, kelapa, gula merah dan gula pasir. Sedangkan untuk bahan isian dalam kue dibutuhkan tepung ketan. Tepung diaduk bersamaan dengan air dijadikan bahan adonan. Setelah itu dicetak di atas wajan dipanaskan.
Baca Juga:Cerita Rakyat Bali Kebo Iwa, Sosok Pahlawan Pelindung Kerajaan Bali
Olahan yang sudah jadi di bungkus daun pisang. Untuk pesanan 100 bungkus hanya dikerjakan dengan waktu 1 jam, dengan proses bahan lengkap.
"Setiap hari dijual ke pasar dengan jumlah 150 - 2.000 bungkus kue Bendu. Dengan harga harga 1 bungkus seribu. Ada juga orderan khusus resepsi pernikahan, dan terkadang untuk upacara adat. Untuk menggaji karyawan 4 orang, dihitung jumlah pesanan 100 bungkus dibayar Rp5.000," ujarnya seperti dikutip dari Beritabali.com.
Ia juga menjelaskan, hasil kue Bendu olahan panganan khas Jembrana ini tetap mempertahankan nilai tradisi.
"Walaupun dari produksi kesulitan dalam permodalan, tapi tetap berusaha dengan cara apapun. Pernah ikut lomba KWT (Kelompok Wanita Tani) jajanan kue Bendu meraih juara pertama tingkat Kabupaten tahun 2010," katanya.
Baca Juga:Cerita Rakyat Bali Garuda Wisnu Kencana