Cerita Rakyat Bali Garuda Wisnu Kencana

Garuda Wisnu Kencana menjadi landmark dari pulau Dewata yang sudah banyak dikenal oleh para wisatawan.

Pebriansyah Ariefana
Minggu, 17 Oktober 2021 | 09:38 WIB
Cerita Rakyat Bali Garuda Wisnu Kencana
Peresmian Patung Garuda Wisnu Kencana ( Shutterstock )

SuaraBali.id - Kalau jalan-jalan ke Bali salah satu tempat wisata yang selalu jadi tujuan wisata pengunjung adalah patung Garuda Wisnu Kencana. Di balik itu, ada cerita rakyat Bali Garuda Wisnu Kencana.

Garuda Wisnu Kencana menjadi landmark dari pulau Dewata yang sudah banyak dikenal oleh para wisatawan. Kemegahan karya seni rancangan I Nyoman Nuarta ini banyak dikagumi dan tak sekedar dibuat.

Patung yang berdiri di Bukit Unggasan, Jembrana Bali ini merupakan representasi dari Dewa Wisnu yang tengah mengendarai Garuda. Dalam mitologi Hindu, Dewa Wisnu dipandang sebagai dewa pelindung alam semesta, didampingi dengan burung Garuda yang melambangkan kesetiaan dan pengabdian tanpa pamrih. Sedangkan Kencana berarti emas karena Dewa Wisnu dan Garudanya berdiri di sebuah tempat yang dilapisi dengan emas.

Garuda Wisnu Kencana Bali (GWK Bali) [IG@pesona.nusantara1]
Garuda Wisnu Kencana Bali (GWK Bali) [[email protected]]

Selain dijadikan maskot, Garuda Wisnu Kencana juga kerap muncul di cerita-cerita rakyat Bali. Seperti apakah ceritanya, berikut merupakan cerita rakyat Bali, Garuda Wisnu Kencana

Baca Juga:Dirjen Binmas Hindu Targetkan Ada Pasraman Formal dari Tingkat PAUD Hingga SMA di Bali

Dikutip dari histori.id, konon di sebuah negeri di Pulau Bali, hiduplah seorang Resi yang arif dan bijaksana. Resi itu bernama Resi Kasyapa. Beliau memiliki dua orang istri yakni Kadru dan Winata. Resi kasyapa bersikap adil kepada kedua istrinya, namun salah satu istrinya yaitu Kadru selalu menyimpan rasa iri dan dengki kepada Winata.

Alkisah Kedua istri Resi Kasyapa masing-masing dikaruniai anak. Kadru dikaruniai para Naga, sedangkan Winata dikaruniai seekor Burung Garuda. Kadru yang tetap memiliki rasa iri dan dengki terhadap Winata selalu melancarkan niat jahat agar Winata dapat keluar dari lingkaran keluarga Resi Kasyapa.

Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) terlihat seusai proses pemasangan modul di Jimbaran, Bali, Kamis (5/7). [Antara/Wira Suryantala]
Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) terlihat seusai proses pemasangan modul di Jimbaran, Bali, Kamis (5/7). [Antara/Wira Suryantala]

Suatu ketika, Para Dewa mengaduk-aduk samudra untuk mendapatkan Tirtha Amartha. Tirtha(air) yang disebut-sebut dapat memberikan keadilan kepada siapapun yang dapat meminumnya walaupun hanya setetes. Bersamaan dengan kejadian itu, muncullah kuda terbang bernama Uccaihsrawa.

Oleh karena Kadru yang selalu menaruh rasa dengki terhadap Winata, Kadru kemudian menantang Winata untuk menebak warna Kuda Uccaihsrawa yang belum terlihat oleh mereka.

Winata kemudian menyanggupi tantangan dari Kadru dengan perjanjian, jika siapapun yang kalah harus bersedia menjadi budak dan selalu menaati seluruh perintah dari yang menang. Kemudian Kadru menebak warna kuda itu berwarna hitam, dan Winata menebak warna kuda itu berwarna putih. Sebelum kuda itu muncul, secara diam-diam Kadru menerima informasi dari anaknya(naga) bahwa kuda itu sebenarnya berwarna putih.

Baca Juga:Sejarah Galungan dalam Mitologi Hindu Bali

Mengetahui bahwa dirinya akan kalah, maka Kadru berbuat licik dengan menyuruh anaknya untuk menyembur dengan racun tubuh kuda itu sehingga terlihat kehitaman. Benar saja kuda yang dulunya putih kemudian menjadi hitam setelah muncul dan dilihat oleh Kadru dan Winata. Karena Winata merasa dirinya telah kalah, maka ia bersedia menjadi budak Kadru selama hidupnya.

Garuda wisnu kencana menyadari kelicikan Kadru, anak Winata yakni sang Garuda tidak tinggal diam. Dia kemudian bertarung dengan anak-anak Kadru yakni para Naga yang berlangsung tanpa henti siang dan malam. Keduanya berhasil menahan imbang di setiap pertarungan sampai akhirnya para Naga pun memberikan persyaratan bahwa dia akan membebaskan Winata dengan syarat sang Garuda dapat membawakan Tirtha Amartha kepada para Naga.

Sang Garuda menyanggupinya, dia bersedia mencari Tirtha Amertha yang tidak dia ketahui tempatnya agar dia dapat menyelamatkan ibunya dari perbudakan. Di tengah petualangannya, sang Garuda bertemu dengan Dewa Wisnu yang membawa Tirtha Amertha. Garuda kemudian meminta Tirtha Amertha itu, Dewa Wisnu menyerahkannya dengan syarat agar Garuda mau menjadi tunggangan Dewa Wisnu yang kemudian dikenal dengan nama Garuda Wisnu Kencana.

Garuda kemudian mendapat tirtha amertha dengan berwadahkan kamendalu dengan tali rumput ilalang. Ia memberikan tirtha tersebut kepada para naga, namun sebelum para naga sempat meminumnya tirtha itu terlebih dahulu diambil oleh dewa indra yang kebetulan lewat.

Namun tetesan tirtha amertha itu masih tertinggal di tali rumput ilalangnya. Naga kemudian menjilat rumput ilalang tersebut yang ternyata sangat tajam dan lebih tajam dari pisau. Oleh karena itu lidah naga menjadi terbelah menjadi 2 ujung yang kemudian di setiap keturunan naga itu juga memiliki lidah yang terbelah.

Kemudian ibu Winata berhasil dibebaskan dari jeratan perbudakan.

Begitulah akhir cerita dari Sejarah Cerita Garuda Wisnu Kencana. Lalu apa hubungan Garuda anak Winata dengan Garuda Lambang Negara Indonesia? Karena melihat filosofi di atas para petinggi yang membangun Negara Indonesia kemudian memilih Burung Garuda sebagai lambang Negara Indonesia karena melihat kegigihan Burung Garuda dalam berbakti kepada ibunya agar ibunya dapat lolos dari perbudakan.

Garuda tersebut melambangkan kegigihan masyarakat pribumi (masyarakat indonesia) dalam memperjuangkan tanah Ibu pertiwi agar lolos dari perbudakan para penjajah kala itu.

Kontributor : Kiki Oktaliani

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak