Sejarah Galungan dalam Mitologi Hindu Bali

Tak banyak yang tahu sejarah galungan dilihat dari mitologi Hindu Bali.

Pebriansyah Ariefana
Kamis, 14 Oktober 2021 | 15:02 WIB
Sejarah Galungan dalam Mitologi Hindu Bali
Sejumlah Umat Hindu saat persembahyangan Hari Raya Galungan di Ubud, Bali, Rabu (10/2).

SuaraBali.id - Galungan, bagian dari Hari Raya Umat Hindu Bali. Namun tak banyak yang tahu sejarah galungan dilihat dari mitologi Hindu Bali.

Dalam kajian dpdhpibali.org, dalam sebuah cerita mitologi Hindu Bali dikisahkan bahwa di Pulau Bali terdapat seseorang raksasa yang sangat sakti dan ditakuti oleh semua masyarakat. Raksasa itu bernama Mayadenawa.

Mayadenawa melarang semua masyarakat Hindu Bali untuk melakukan persembahyangan ke pura untuk memuja Dewa-dewa, karena Mayadenawa ingin semua masyarakat menyembahnya.

Suasana jelang perayaan Galungan Suku Tengger di Desa Desa Ngadas, Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. (Suara.com/Sugianto)
Suasana jelang perayaan Galungan Suku Tengger di Desa Desa Ngadas, Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. (Suara.com/Sugianto)

Karena merasa sangat geram terhadap tingkah laku Mayadenawa tersebut, maka diutuslah Bhatara Indra untuk turun ke mercepade (Dunia) untuk menemui dan menghabisi raksasa Mayadenawa tersebut.

Baca Juga:Pintu Masuk Penerbangan Internasional Sudah Dibuka, Bandara Ngurah Rai Bali Masih Sepi

Diceritakan bahwa Ide Bhatara Indra sudah berada di sebuah tempat yang memiliki tingkat kemiringan yang cukup terjal, disanalah beliau berhasil menjumpai Mayadenawa. Ide Bhatara Indra mengatakan kepada Mayadenawa bahwa tindakannya salah dan tidak patut untuk dilakukan.

Namun Mayadenawa sangat angkuh dan sombong, bahkan dia mulai melawan. Karena melawan maka Ide Bhatara Indra pun bergegas menyerang Mayadenawa, karena kehebatan dan kesaktian yang dimiliki oleh Ide Bhatara Indra maka Mayadenawa kewalaham dibuatnya.

Sejumlah Umat Hindu saat persembahyangan Hari Raya Galungan di Ubud, Bali, Rabu (10/2).
Sejumlah Umat Hindu saat persembahyangan Hari Raya Galungan di Ubud, Bali, Rabu (10/2).

Lalu ia berlari berusaha menjauhi Ide Bhatara Indra. Berbagai penjuru daerah sudah dikepung oleh pasukan Ide Bhatara Indra, Mayadenawa sangat merasa terancam dan ia memilih berubah bentuk menjadi seekor ayam manuk(Jantan) untuk mengelabui Ide Bhatara Indra beserta pasukannya.

Namun sayangnya usaha Mayadenawa tersebut tidak berhasil karena Ide Bhatara Indra sudah mengetahuinya dan disanalah akhirnya raksasa Mayadenawa tewas ditangan Ide Bhatara Indra. Untuk memperingati kemenangan Ide Bhatara Indra (Dharma) melawan raksasa Mayadenawa (Adharma) maka diperingati sebagai Hari Raya Galungan.

Galungan adalah suatu upacara sakral yang memberikan kekuatan spiritual agar mampu membedakan mana dorongan hidup yang berasal dari adharma dan mana dari budhi atma yaitu berupa suara kebenaran (dharma) dalam diri manusia.

Baca Juga:Tradisi Neruna di Bali, Diwariskan Leluhur Agar Para Pemuda Sadar Keberadaan Lingkungannya

Sejumlah Umat Hindu saat persembahyangan Hari Raya Galungan di Ubud, Bali, Rabu (10/2).
Sejumlah Umat Hindu saat persembahyangan Hari Raya Galungan di Ubud, Bali, Rabu (10/2).

Selain itu juga memberi kemampuan untuk membeda-bedakan kecendrungan keraksasaan (asura sampad) dan kecendrungan kedewaan (dewa sampad). Harus disadari bahwa hidup yang berbahagia atau ananda adalah hidup yang memiliki kemampuan untuk menguasai kecenderungan keraksasaan.

Galungan adalah juga salah satu upacara agama Hindu untuk mengingatkan manusia secara ritual dan spiritual agar selalu memenangkan Dewi Sampad untuk menegakkan dharma melawan adharma.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini