- BGN apresiasi kinerja 109 SPPG di Bali yang profesional dan aman, tanpa ada kasus keracunan.
- Bali masih butuh banyak SPPG untuk capai target 330, perlu mitra untuk atasi kendala dana & lokasi.
- Tata kelola profesional dibutuhkan untuk penuhi gizi anak dan gerakkan ekonomi UMKM masyarakat lokal.
SuaraBali.id - Badan Gizi Nasional (BGN) memberikan apresiasi tinggi terhadap profesionalisme Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang telah beroperasi di Bali.
Di tengah upaya pemerintah untuk terus memperluas jangkauan program makan bergizi, BGN menyoroti kinerja positif para pengelola di lapangan sekaligus mengajak lebih banyak mitra untuk berkolaborasi mencapai target pemenuhan gizi anak di Pulau Dewata.
Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN, Tigor Pangaribuan, menyatakan kegembiraannya atas kinerja SPPG yang sudah berjalan.
Menurutnya, dedikasi dan kompetensi para pengelola di Bali patut menjadi contoh.
Baca Juga:Lindsay Sandiford Dipulangkan Pekan Ini dari Bali ke Inggris
"Di Bali sampai saat ini sangat menggembirakan, tidak ada kejadian menonjol tidak ada kejadian di mana anak-anak mengalami keracunan. Mereka (SPPG) dengan tekun melaksanakan sesuai aturan," kata Tigor saat ditemui di Badung, Bali, Rabu (6/11/2025).
Ia menambahkan bahwa para relawan dan pengelola lokal menunjukkan pemahaman yang mendalam terhadap tugas mereka.
"Di sini (Bali) memang orangnya terutama relawan-relawan yang melakukan pekerjaan ini dia sudah lebih paham melakukan pekerjaan," ungkapnya.
Saat ini, BGN mencatat ada 109 SPPG yang telah aktif melayani anak-anak di Bali.
Meskipun ini adalah awal yang kuat, BGN menargetkan angka yang lebih besar untuk memastikan program ini menjangkau seluruh penerima manfaat.
Baca Juga:Bali Siaga, BMKG Umumkan Jadwal Musim Hujan & Peringatan Cuaca Ekstrem 2025/2026
"Di Bali saat ini sudah operasional lebih kurang 109. Kita berharap nanti yang target 330-an bisa tercapai segera di tahun ini. Tetapi saat ini baru sepertiganya memang," jelas Tigor.
Untuk mencapai target tersebut, BGN menyadari adanya tantangan yang perlu diatasi bersama, seperti pendanaan dan penentuan lokasi. Oleh karena itu, kolaborasi dengan lebih banyak mitra menjadi kunci.
"Karena di Bali ini memang kalau mau membangun SPPG itu kan perlu dana, perlu lokasi, perlu juga aturan penerima manfaat. Jadi semua harus memahami aturan," ungkapnya.
Demi menjaga akuntabilitas dan efektivitas program, Tigor juga menekankan pentingnya tata kelola keuangan yang disiplin.
BGN menerapkan sistem yang transparan, termasuk penggunaan akun virtual yang harus disetujui bersama oleh perwakilan yayasan/mitra dan kepala SPPG.
Ia menegaskan bahwa semua Rencana Anggaran Biaya (RAB) harus sesuai standar untuk memastikan dana tepat sasaran.