- Ahmad Sahroni mengklarifikasi kata 'tolol' bukan untuk masyarakat, melainkan hasil framing oknum.
- Rumahnya dijarah massa, ia dan keluarganya menerima ancaman, namun ia mengaku ikhlas dan siap mati.
- Partai NasDem menonaktifkan Sahroni dari DPR RI per 1 September 2025 akibat pernyataannya.
SuaraBali.id - Anggota DPR nonaktif, Ahmad Sahroni akhirnya muncul lagi di depan publik.
Politisi yang rumahnya sempat dijarah massa itu menyampaikan curhatannya langsung di depan masyarakat.
Dalam sebuah video yang mulai beredar di sosial media, Sahroni terlihat mengenakan kemeja berwarna putih dengan kacamata khasnya.
Di depan Masyarakat, Sahroni mengklarifikasi soal kata ‘Tolol’ yang sempat menghebohkan publik, hingga membuat mereka nekat menjarah rumahnya.
Baca Juga:Diklaim Bikin Gagal Fokus, Politisi Bali De Gadjah Buka Podcacst Khusus Masyarakat Terzolimi
Sahroni mengakui bahwa dirinya memang mengatakan kata ‘Tolol’, namun Sahroni mengungkapkan bahwa kata – kata tersebut tidak ditujukan untuk masyarakat.
Dengan kalimat pembelaannya, Sahroni mengatakan bahwa orang – orang (Oknum) telah memframing kata ‘tolol’ tersebut hingga akhirnya membuat dirinya dibenci hebat oleh masyarakat.
“Memang saya mengatakan tolol bapak ibuk. Bukan pada Masyarakat, saya nggak bilang bahwa masyarakat tolol, nggak sama sekali,” ujar Sahroni.
“Itu framing yang dilakukan oleh orang – orang. Entah siapa orangnya, akhirnya membenci begitu hebatnya kepada saya,” sambungnya.
Sahroni mengungkapkan seluruh isi hatinya yang selama ini hanya terpendam di situasi politik yang kian memanas.
Baca Juga:"Kamu Bantu Saya" : Kisah Suharso Monoarfa Jadi Staf Kepercayaan Wapres Hamzah Haz
“Anak istri saya disumpahin, anak jahanam, durhaka, segala macam,” curhatnya.
“Kenapa saya baru hadir? Semua orang membenci saya, semua orang mencari saya,” imbuh Sahroni.
Secara terang – terangan Sahroni menegaskan bahwa dirinya tidak pernah melakukan penyelewengan dalam hal ini korupsi.
Sehingga ia menegaskan bahwa rumah yang ia tempati bukan hasil dari pajak rakyat dan semacamnya.
“Saya Alhamdulillah tidak korupsi. Tapi rumah ini dianggap duit rakyat dari hasil pajak,” tegas Sahroni.
“Sayang sekali, konteks politik di ruang publik ini diframing orang yang nggak ngerti kondisinya,” sambungnya.