"Semakin kesini sepertinya semakin bagus sih. Karena saya kira tidak mungkin bisa seragam, pasti ada perbedaan, walaupun misalkan saya Ahmadiyah, saya tidak mempermasalahkan keyakinan orang," katanya.
Setelah lulus bulan Oktober 2021, untuk mengisi waktu senggang Ibah bersama 10 rekan pemuda jamaah Ahmadiyah mulai aktif memberikan pengajian di pengungsian Transito Kota Mataram.
"Selama tidak bekerja, hari Senin sampai hari Kamis, ngajar di Transito, ngajar anak PAUD sampai SD jadi guru ngaji," tuturnya.
Ilmu yang ia dapat dari bangku kuliah dirasa harus bisa memberi manfaat bagi anak-anak di pengungsian Transito.
"Paginya bantu ibu, sorenya ajarkan Alquran ke adik-adik. Ada yang ngajar sejarah islam Bahasa Inggris, dan pelajaran tentang lingkungan," kata Ibah.
Selama mengajar di Transito bersama 10 remaja lainnya, Ibah mendapat dana insentif dari Jamaah Ahmadiyah pusat di Tangerang.
"Iya sebulan itu dapatlah Rp 200 ribu," katanya.
Kini Ibah jadi sangat dibutuhkan oleh anak-anak di pengungsian Transito, Kota Mataram. Namun, Ibah tetap punya mimpi. Ia berharap suatu saat dapat rumah pribadi yang lebih nyaman dan aman untuk ditinggali.
"Tidak seperti di Transito kamar terbatas," ujar dia.
Ibah menitipkan pesan. Ia berharap agar masyarakat tidak membenci jamaah Ahmadiyah.