SuaraBali.id - Dalam tradisi Bali, jaje bendu adalah salah satu kue pilihan saat digelar hajatan resmi. Baik prosesi setingkat kampung hingga lingkup pemerintahan, kudapan satu ini pantang dilupakan. Dan bagi warga Jembrana, rasanya lebih klop bila jaje bendu yang disuguhkan bermerek "KWT Eka Cita".
Dikutip dari BeritaBali.com, jaringan SuaraBali.id, jajanan khas Jembrana ini sudah melegenda.
Ada dua sosok yang sudah lama berkutat menggeluti pembuatan jajanan berbahan dasar tepung ketan itu. Yakni pasangan suami istri Ni Kadek Sukani (48), dan I Nyoman Sukadana (51).
Keduanya menyatakan menggeluti bisnis jajan ketan ini sejak 1997, dari usaha rumahan di kediaman seluas 3,5 are di wilayah Banjar Anyar Kelod, Desa Penyaringan, Mendoyo.
Baca Juga:Wisata Bali: Masjid Tertua Nurul Huda di Kampung Gelgel dari Abad ke-14
"Saya bersama istri awalnya menitipkan di warung, lalu permintaan meningkat. Datang langsung ke rumah melalui pesanan telepon," ungkap I Nyoman Sukadana di kediamannya, Minggu (18/4/2021).
I Nyoman Sukadana melanjutkan, bahan penyusun kudapan ini adalah tepung ketan, kelapa, dan gula aren. Seiring perkembangannya, selain bendu berwarna putih kecoklatan, ia dan istrinya merilis jaje bendu beraneka warna seperti merah dan ungu. Dua yang terakhir ini diberi sepuhan alami, yaitu pewarna dari buah naga untuk warna merah, serta ubi bagi warna ungu--yang menjadi pesanan paling favorit.
Olahan jaje bendu pasangan ini kini bernaung di bawah Kelompok Wanita Tani (KWT) "Eka Cita" yang beranggotakan 11 orang.
Melayani pesanan dari wilayah Jembrana, bahkan Denpasar, Karangasem, dan Buleleng, kudapan ini sudah beberapa kali tampil dalam ajang perlombaan serta pameran. Dan tentunya meraup sukses, seperti bukti yang terpampang di dinding ruang pengolahan jaje bendu.
Terpampang di situ, beberapa foto kepala daerah serta bukti penghargaan dari lomba Adhikarya Pangan Nusantara.
Baca Juga:Wisata Bali: Kuliner Unik yang Punya Kekerabatan dengan Hidangan Majapahit
"Astungkara, saat 2015 dapat juara 1 di tingkat kabupaten," imbuh bapak dua anak ini.
Seiring waktu, pembuatan jaje bendu tetap dilakukan sebagai bagian keseharian pasangan itu. Dalam situasi tertentu khususnya pada musim hajatan, I Nyoman Sukadana menyebutkan betapa mereka kewalahan memproduksi jaje bendu lebih dari 2.000 biji.
"Kalau sudah kewalahan biasanya dibantu dua orang lagi, bahkan saya sampai menolak pesanan lebih dari 2.000 biji," tukasnya.
Jaje bendu "Eka Cita" dibanderol Rp1.250 per biji, bisa didapatkan di berbagai toko di Bali, dalam kemasan kotak mika berlabel. Dan kudapan buatan Ni Kadek Sukani dan I Nyoman Sukadana ini layak dikonsumsi dalam sehari tanpa mengurangi rasa dan teksturnya yang kenyal.