- Tiga bahasa daerah di NTB (Sasak, Samawa, Mbojo) rentan punah karena jarang dipakai orangtua muda.
- Penyebabnya termasuk nikah antar daerah, dominasi Bahasa Indonesia, dan pengaruh tontonan YouTube.
- Balai Bahasa NTB berupaya melestarikan lewat revitalisasi, penyusunan kamus, dan cerita anak.
Sementara itu, salah seorang ibu rumah tangga dari kalangan Gen Z, Amriani menanggapi kondisi tersebut. Dimana, bahasa keseharian yang digunakan dengan anaknya yaitu bahasa Indonesia.
“Kadang-kadang bahasa sasak. Tapi memang lebih banyak pakai bahasa Indonesia,” katanya.
Menurutnya, anak semata wayangnya disebut tahu bahasa daerah.
Karena dalam kesehariannya, tidak semua teman bermainnya menggunakan bahasa Indonesia apalagi tinggal di kampung.
Baca Juga:NTB Masuki Musim Hujan Lebih Awal, Ini Prediksi Cuaca Hingga Akhir Oktober
“Sehari-hari sama temannya menggunakan bahasa sasak. Tapi lebih dominan bahasa Indonesia,” katanya.
Penggunaan bahasa Indonesia ini juga menurutnya di pengaruhi oleh perkembangan teknologi saat ini.
Dimana, akses untuk membuka media social terutama youtube sangat mudah.
Sehingga anaknya yang saat ini berusia tiga tahun mengikuti bahasa – bahasa yang ada di youtube tersebut.
“Tonton youtube mereka setiap hari. Apalagi konten anak-anak kan. Banyak bahasa yang mereka tiru dari sana,” ungkapnya saat menjaga anaknya saat bermain.
Baca Juga:Ada Layanan Fisioterapi di Puskesmas Mataram, Nyeri Otot Dan Sendi Bisa Ditangani
Kontributor Buniamin