Tradisi Mesbes Bangke Bali: Mencabik dan Merobek Jenazah

Dalam bahasa Bali Kata Mesbes berarti mencabik, menyobek, merobek dengan menggunakan kuku dan jari tangan.

Pebriansyah Ariefana
Kamis, 10 Juni 2021 | 11:05 WIB
Tradisi Mesbes Bangke Bali: Mencabik dan Merobek Jenazah
Tradisi Mesbes Bangke salah satu tradisi Bali kuno yang unik dan terkesan aneh kekinian. (Youtube dokteredd)

SuaraBali.id - Tradisi Mesbes Bangke salah satu tradisi Bali kuno yang unik dan terkesan aneh kekinian. Masyarakat setempat masih mempertahankan tradisi Mesbes Bangke.

Dalam bahasa Bali Kata Mesbes berarti mencabik, menyobek, merobek dengan menggunakan kuku dan jari tangan.

Sedangkan Bangke memiliki arti badan yang tidak berjiwa. Secara keseluruhan kata Mesbes Bangke berarti mencabik atau merobek dengan menggunakan kuku jari tangan terhadap jasad orang yang meninggal.

Tradisi Mesbes Bangke berasal dari desa Banjar adat Buruan, Tampaksiring, Gianyar, Bali.

Baca Juga:Wisata Bali: Kawi Resort Bali Menyasar Pasar Domestik untuk Atasi Krisis Pandemi

Tak ada catatan sejarah pasti yang mencatat tentang keberadaan tradisi satu ini, dikutip dari penelitian Nih Luh Ketut Sukarniti yang berjudul "Tradisi Proses Mesbes Bangke (Mencabik Mayat) di Tradisi Banjar Buruan Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar Bali".

Tradisi Mesbes Bangke salah satu tradisi Bali kuno yang unik dan terkesan aneh kekinian. (Youtube V&D Media)
Tradisi Mesbes Bangke salah satu tradisi Bali kuno yang unik dan terkesan aneh kekinian. (Youtube dokteredd)

Namun menurut penuturan para tetua dan juga informasi yang didapat dari dinas dan adat di Banjar Buruan, tradisi ini konon dulunya berawal dari penduduk asli Banjar Buruan yang tidak tahan dengan bau busuk yang dikeluarkan oleh jasad yang baru saja meninggal.

Kemudian untuk menghilangkan bau tersebut kemudian didaptkanlah ide untuk mencabik jasad tersebut karena pada zaman dahulu belum ditemukannya pengawet buatan seperti formalin.

Ketika mencabi-cabik mayat tersebut masyarakat yang turut serta harus merasakan kegembiraan, agar melupakan bau yang ditimbulkan oleh jasad tersebut.

Pada saat prosesi Mesbes Bangke, penduduk yang akan ikut serta akan berkumpul di luar pekarangan rumah duka, kemudian mayat di gotong oleh sanak suadara dibawa keluar pekarangan, Secara spontan mayat tersebut akan di kerumuni oleh penduduk atau pencabik jasad.

Baca Juga:Pelatih Bali United Sambut Positif Gelaran Piala Wali Kota Solo

Pada saat prosesi Mesbes Bangke ini berlangsung , pencabik jasad berada dalam keadaan setengah sadar atau kesurupan, tetapi ada pula yang masih dalam kondisi sadar.

Tradisi Mesbes Bangke salah satu tradisi Bali kuno yang unik dan terkesan aneh kekinian. (Youtube V&D Media)
Tradisi Mesbes Bangke salah satu tradisi Bali kuno yang unik dan terkesan aneh kekinian. (Youtube dokteredd)

Pencabik jasad  ini biasanya akan naik ke atas jasad, sehingga tak ada perasaan jijik atau takut sebagaimana ketika mereka sadar dan dipenuhi rasa kebahagiaan.

Setelah berhasil mencabik-cabik jasad tersebut, cabikan mayat di oper-operkan dengan diiringi gamelan baleganjur yaitu gamelan khas Bali, dengan guturan air yang membuat pencabik menjadi semakin bersemangat. Kemudian jenazah dibawa ke tempat upacara ngaben atau dikremasi.

Dalam pelaksanaan Mesbes Bangke pencabik mayat atau mereka yang berpartisipasi dalam tradisi ini hanyalah warga setempat.

Tidak diperbolehkan bagi masyarakat di luar wilayah tempat tinggal jenazah untuk mengambil bagian, dan apabila hal itu dilanggar akan berakibat fatal.

Penduduk yang mengangkat jenazah juga diharuskan memiliki tenaga yang kuat, karena selama prosesi Mesbes Bangke berlangsung jasad tidak boleh sampai jatuh ke tanah.

Tradisi Mesbes Bangke Masa Kini

Untuk menghilangkan kesan kejam, saat ini tradisi Mesbes Bangke telah diperbaiki sistemnya. Pihak keluarga dan prajuru Banjar melapisi jasad dengan banyak pembungkus.

Di antaranya, tikar, bambu, kain yang diikat rantaiselebar 5 cm serta dibungkus lagi pakai tikar, kain dan diikat lagi menggunakan rantai 3 cm. Sehingga tubuh jasad yang sudah tertutup dan pemandangan daging dicabik tidak terlihat lagi.

Sumber: Universitas Mahendradatta, UNHI

Kontributor : Kiki Oktaliani

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini