Kemunduran Bali
Berbagai ungkapan dan upaya dilakukan agar TMD diusahakan tetap eksis. Deretan komentar di kolom media sosial juga menunjukkan dampak positif yang diberikan bus itu bagi penggunanya.
Banyak dari mereka yang kemudian bersepakat menandatangani petisi di Change.org bertajuk “Lanjutkan Operasional Trans Metro Dewata Sebagai Transportasi Publik di Bali”.
Hingga Kamis (2/1/2025) sudah ada lebih dari 11 ribu orang yang menandatangani petisi publik tersebut.
Baca Juga:Nasib Bandara Bali Utara. AHY : Saya Tidak Ingin Buru-Buru
Penggagas petisi tersebut, Dyah Rooslina (51) awalnya meluncurkan petisi tersebut usai bersepakat dengan penumpang setia lainnya yang khawatir akan hilangnya TMD. Seiring berjalannya waktu, petisi tersebut kian mendapatkan perhatian publik, termasuk dari sesama pengguna.
Menurut Dyah, terhambatnya operasi TMD adalah lambang kemunduran transportasi publik di Bali. Meski menyandang status sebagai destinasi wisata ternama, namun nyatanya pemerintah tidak dapat menjaga kelangsungan transportasi umum yang sudah mendapatkan penumpang setia seperti TMD.
Padahal, Trans Metro Dewata sudah mendapat banyak kesan positif dari masyarakat dengan tarifnya yang murah hingga kondisi bus yang bersih. Termasuk juga mereka yang terbiasa menitipkan anaknya berangkat sekolah dengan TMD karena keamanan yang baik.
“Bali akan mundur jauh sekali belakang. Padahal negara maju, daerah maju itu transportasi publiknya mumpuni,” ucap Dyah.
Baca Juga:Bukan Australia Atau Rusia, Ternyata Ini Asal WNA Paling Banyak Bermasalah di Bali
Pemerintah masih belum memberikan keputusan terbaru apa pun meski kini TMD sudah tidak beroperasi. Terbaru, Dinas Perhubungan Provinsi Bali tengah merencanakan untuk membeli satu dari enam koridor TMD yang ada. Namun, belum ada keputusan matang yang dicetuskan.