Mimpi Keliling Bali Dengan Rp 4 Ribu Kini Sirna, Trans Metro Dewata Terhenti di 2025

Bus Trans Metro Dewata (TMD) berhenti beroperasi di awal 2025 karena kendala anggaran Pemprov Bali. Ratusan sopir dan penumpang, termasuk penyandang disabilitas, terdampak.

Eviera Paramita Sandi
Kamis, 02 Januari 2025 | 14:51 WIB
Mimpi Keliling Bali Dengan Rp 4 Ribu Kini Sirna, Trans Metro Dewata Terhenti di 2025
Bus Trans Metro Dewata yang Terparkir di Terminal Ubung, Kamis (2/1/2025) [Suara.com/Putu Yonata Udawananda]

Salah satunya adalah Vinsensius (39), pria yang sehari-harinya mengandalkan bus itu untuk bekerja. Dia juga merupakan penyandang disabilitas tuna netra.

Vinsensius bekerja sebagai tukang pijat panggilan, sehingga dia dapat dipanggil ke banyak tempat. Dari tempat tinggalnya di Tabanan, dia bisa menerima panggilan pijat hingga ke Nusa Dua hanya dengan menumpang bus TMD.

Kini, dia hanya bisa bepergian mengandalkan jasa ojek online. Meski begitu, dia juga mengeluhkan tarif yang jauh lebih mahal ketimbang saat dirinya biasa menggunakan transportasi Trans Metro Dewata.

“Murah sekali, sangat murah. Karena kami penyandang disabilitas kami punya kartu khusus kenanya cuma Rp2 ribu,” ujar Vinsensius saat ditemui pada Kamis (2/1/2025).

Baca Juga:Nasib Bandara Bali Utara. AHY : Saya Tidak Ingin Buru-Buru

“Sangat-sangat membantu kami. Jadi kami sebagai penyandang disabilitas, kami mohon supaya segera ditindaklanjuti supaya pekerjaan kami bisa dilancarkan,” tambah dia.

Kemunduran Bali

Berbagai ungkapan dan upaya dilakukan agar TMD diusahakan tetap eksis. Deretan komentar di kolom media sosial juga menunjukkan dampak positif yang diberikan bus itu bagi penggunanya.

Banyak dari mereka yang kemudian bersepakat menandatangani petisi di Change.org bertajuk “Lanjutkan Operasional Trans Metro Dewata Sebagai Transportasi Publik di Bali”.

Hingga Kamis (2/1/2025) sudah ada lebih dari 11 ribu orang yang menandatangani petisi publik tersebut.

Baca Juga:Bukan Australia Atau Rusia, Ternyata Ini Asal WNA Paling Banyak Bermasalah di Bali

https://www.change.org/p/lanjutkan-operasional-bus-trans-metro-dewata-sebagai-transportasi-publik-di-bali

Penggagas petisi tersebut, Dyah Rooslina (51) awalnya meluncurkan petisi tersebut usai bersepakat dengan penumpang setia lainnya yang khawatir akan hilangnya TMD. Seiring berjalannya waktu, petisi tersebut kian mendapatkan perhatian publik, termasuk dari sesama pengguna.

Menurut Dyah, terhambatnya operasi TMD adalah lambang kemunduran transportasi publik di Bali. Meski menyandang status sebagai destinasi wisata ternama, namun nyatanya pemerintah tidak dapat menjaga kelangsungan transportasi umum yang sudah mendapatkan penumpang setia seperti TMD.

Padahal, Trans Metro Dewata sudah mendapat banyak kesan positif dari masyarakat dengan tarifnya yang murah hingga kondisi bus yang bersih. Termasuk juga mereka yang terbiasa menitipkan anaknya berangkat sekolah dengan TMD karena keamanan yang baik.

“Bali akan mundur jauh sekali belakang. Padahal negara maju, daerah maju itu transportasi publiknya mumpuni,” ucap Dyah.

Pemerintah masih belum memberikan keputusan terbaru apa pun meski kini TMD sudah tidak beroperasi. Terbaru, Dinas Perhubungan Provinsi Bali tengah merencanakan untuk membeli satu dari enam koridor TMD yang ada. Namun, belum ada keputusan matang yang dicetuskan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini