SuaraBali.id - Mengenang semangat para pahlawan yang melawan penjajah, puluhan masyarakat yang tergabung dalam Komunitas Sepeda Tua Indonesia (KOSTI) NTB, keliling Kota Mataram dengan sepeda onthel. Bahkan dari puluhan sepeda tersebut sudah ada yang berusia sangat tua tahun 1930 an.
Ketua Komunitas Sepeda Tua Indonesia (Kosti) NTB Agus Cahyono mengatakan pembentukan komunitas ini terbentuk untuk mengenang jasa para pahlawan dan juga melestarikan salah satu kendaraan yang digunakan jaman dulu.
Pada HUT RI Ke-78 ini, para anggota komunitas mengibarkan bendera sambil berkeliling menggunakan sepeda tua miliknya.
"Yang pasti sepeda onthel ini memiliki nilai sejarah diperjuangan kita ini. Kebetulan ini adalah ulang tahun RI dan harus kita bergembira," katanya Kamis (17/8/2023) pagi.
Ia mengatakan, usia sepeda onthel yang digunakan sangat bervariatif. Hanya saja, beberapa anggota komunitas masih memiliki dan merawat sepeda ontel tertua miliknya yang sudah berusia puluhan tahun.
"Yang paling tua 1930 ada ini," ujarnya.
“Masing-masing sepeda dipasangkan bendera merah putih untuk lebih semarak dalam memperingati HUT RI ke -78. Selain itu, bisa mengenang semangat para pahlawan dalam melawan penjajah. "Kita sangat bahagia dan kita semangat," lanjutnya.
Anggota komunitas ini tidak saja orang tua namun sangat beragam. Karena yang terpenting, pembentukan komunitas ini juga untuk menjaga kesehatan dengan berolahraga keliling menggunakan sepeda.
"Tahun 2022 komunitas ini berdiri kemarin. Sudah ada di tingkat nasional dan kita sehobi ini buat wadah lebih semangat lagi menyehatkan masyarakat agar bisa berolahraga," katanya.
Sepeda ontel yang digunakan banyak yang asli sehingga dijamin kekuatannya. Setiap minggu kegiatan yang digelar yaitu mengajak masyarakat untuk olahraga.
"Banyak yang ori juga masih. Fungsinya untuk olahraga. setiap minggu pasti olahraga menggunakan ontel," katanya.
Selain menggunakan sepeda ontel, atribut-atribut para pahlawan juga digunakan seperti baju hingga penutup kepala. Penggunaan atribut ini agar semangat para pahlawan juga tetap ada dalam diri.
Kontributor: Buniamin