SuaraBali.id - Bunga bangkai langka bernama ilmiah Amorphophallus peoniifolius ditemukan oleh seorang petugas kebersihan Universitas Bali Internasional (UNBI) Nyoman Agustini (46).
Ia menemukan bunga kangka ini ketika sedang membersihkan bagian belakang pura di kampus tersebut pada Kamis (27/10/2022).
Menurutnya bunga ini pertama kali dilihatnya dan ialah yang pertama kali menyebarkannya di media sosial.
"Kemarin-kemarin tidak ada dan ketemunya tanggal 27 pagi pas acara gladi wisuda. Ini pertama kali lihat dan biasanya lihat lewat buku saja, mirip bunga raflesia," kata Agustini, Senin (31/10/2022). S
Baca Juga:Pembayaran Pajak di Bali Terkumpul Sebanyak Rp 7,28 Triliun Hingga Akhir Tahun
Sedangkan pihak perguruan tinggi yang mengetahui kemunculan flora asing di lingkungan kampus tersebut mengaku akan melakukan konservasi dan penelitian terhadap tiga tanaman yang tumbuh.
"Ini rencananya seperti yang kita lihat di publikasi ilmiah, kita akan publikasikan untuk daerah Tonja, Denpasar. Kita kan menemukan ini di UNBI, kita akan publikasikan dalam bentuk analisis vegetasi Amorphophallus paeoniifolius, seperti apa untuk yang ini," kata Koordinator Program Studi Farmasi Klinis UNBI Ida Ayu Manik Partha Sutema.
Menurut Manik, tanaman berwarna merah gelap menuju ungu berukuran sekitar 30 sentimeter itu merupakan bunga bangkai langka yang umumnya ditemukan di Flores dan Pulau Jawa.
Saat siang hari, tanaman tersebut tak mengeluarkan bau, namun, baunya justru muncul pada malam hari dengan radius satu meter.
Bunga bangkai jenis Amorphophallus peoniifolius itu, kata dia, termasuk yang dapat memproduksi makanan sendiri, berbeda dengan raflesia arnoldi yang membutuhkan inang atau tempat menempel untuk dapat tumbuh.
Baca Juga:Masyarakat Diingatkan Agar Berupaya Mencegah Konflik Sosial Selama KTT G20 di Bali
Tanaman ini diperkirakan tidak akan tumbuh ke atas, melainkan ke samping dengan ukuran maksimal mencapai 50 sentimeter.
Akan tetapi pihak Universitas Bali Internasional belum dapat memastikannya, dan hendak melakukan analisis lebih dalam.
"Kita deteksi dan analisis vegetasinya, benar tidak yang sama dengan yang ada. Mungkin tim botani kita ya, di farmasi UNBI ada 4 kepakaran, memang ada kepakaran bidang biologi farmasi jadi botani farmasi," ujarnya.
Sedangkan bila dilihat dari warnanya yang keunguan, umumnya mengartikan bahwa terdapat kandungan antioksidan yang tinggi.
"Kami juga lihat sudah ada yang meneliti juga kandungannya, itu juga dilihat dari metabolisme primer atau kandungan primernya seperti misalnya ada karbohidrat, protein, atau vitamin juga di dalamnya, cuma mungkin ini akan dilanjutkan lagi ke penelitian metabolisme sekunder," kata Manik di Denpasar.
Pernah Muncul dan Layu
Sementara ittu, Koordinator Prodi Farmasi Klinis itu mengatakan bahwa pada tahun 2020 tumbuhan serupa juga muncul di tempat yang sama, namun tak diperhatikan hingga akhirnya layu.
"Kemungkinan akan dikonservasi karena tumbuhnya kan sering, artinya tidak cuma saat ini saja. Mungkin didukung oleh lokasi di sana seperti tertutupi oleh tanaman yang lain, sehingga dia bisa hidup karena membuat makanannya sendiri," kata Manik menjelaskan kondisi bunga bangkai yang tumbuh di tanah lokasi pembuangan sampah organik sisa persembahyangan.
Rencananya, pihak Universitas Bali Internasional akan membiarkan tiga tanaman tersebut tumbuh sambil memperhatikan perkembangannya.
Sementara itu, Wakil Rektor II UNBI Dr. Lanang Rudiarta menyampaikan bahwa pihaknya ingin mengembangkan dan mempelajari tanaman langka tersebut, khususnya bagi mahasiswa.
"Jadi kebetulan kita punya tempat tanaman obat, ya mungkin teman-teman dari farmasi akan meneliti apa khasiat obatnya kemudian bagaimana tumbuh selanjutnya, bagus lah ini untuk pembelajaran, dikasih di sini mungkin disuruh belajar," kata dia.
Kemunculan tumbuhan langka tersebut sekaligus membawa rezeki bagi peningkatan kualitas perguruan tinggi dan minat mahasiswa untuk mengenyam pendidikan di sana. (ANTARA)