Baru 18 Tahun, Pemuda Asal Bali Ini Jual Martabak Dan Raup Rp 100 Juta Dalam Sebulan

Pemuda ini bisa meraup omzet hingga Rp100 juta dalam sebulan. Ia mengaku mempelajari semua pembuatan martabak dari YouTube.

Eviera Paramita Sandi
Jum'at, 26 November 2021 | 06:44 WIB
Baru 18 Tahun, Pemuda Asal Bali Ini Jual Martabak Dan Raup Rp 100 Juta Dalam Sebulan
Martabak Sultan buatan pemuda asal Bali

SuaraBali.id - Seorang pemuda asal Dalung, Badung, Bali bernama Sebastian Gerry Yusuf sukses menjalankan bisnis martabak di usia 18 tahun. Remaja ini sudah memiliki 7 outlet martabak di Denpasar, Badung, dan Gianyar, Bali.

Dan dari usahanya itu, pemuda ini bisa meraup omzet hingga Rp100 juta dalam sebulan. Ia mengaku mempelajari semua pembuatan martabak dari YouTube.

Dari resep Youtube itu kemudian ia mengkombinasikannya dengan resep dari ibunya yang merupakan penjual jajajan atau kue pasar.

"Saya belajar dari youtube dan belajar ke ibu saya yang berjualan kue. Saya gabungin resep ibu dengan belajar ke ibu," katanya saat dihubungi, Kamis (25/11/2021).

Ia menceritakan awal membuka usaha martabak pada Maret 2020 atau saat pandemi mulai masuk Indonesia, khususnya Bali. Ia membuka martabak berawal dari kesukaan sang adik dengan jajanan ini.

Hampir tiap malam ia mengaku diminta tolong adiknya untuk dibelikan martabak. Akhirnya, ia berinisiatif untuk membuat sendiri martabaknya.

"Jadi saya tiap malam diminta membelikan dia martabak. Nah dari sana, saya berpikir ada peluang untuk usaha. Sejak itu saya belajar dan membuat martabak sendiri," kata dia.

Setelah berbagai percobaan, ia mengaku akhirnya menemukan rasa yang menurutnya enak dan siap untuk dijual. Akhirnya ia membuka usahanya dengan nama Martabak Sultan.

"Pertama ya jual terang bulan denga toping coklat dan martabak telur daging. Modal awal seadanya, saya beli wajan dan loyang habis Rp 500 ribu hasil menjual sejumlah barang bekas di rumah," imbuhnya.

Ia berjualan di depan rumahnya. Usahanya tak mulus saat awal-awal merintis. Hampir enam bulan ia hanya mendapat omzet Rp100 ribu hingga Rp200 ribu.

"Kadang ya minus," katanya.

Setelah berjalan enam bulan, ia akhirnya mengubah cara berjualan. Gerry mulai memanfaatkan media sosial untuk promosi menarik pelanggan baru.

Selain itu juga memanfaatkan jasa ojek online.

"Setelah enam bulan itu mulai nampak ramai dan meningkat. Sehari kadang bisa dapat Rp1 juta," katanya.

Selain memanfaatkan media sosial, ia juga terus menambah menu-menu martabaknya. Topingnya diperbanyak misalnya keju mozarela.

"Omzet naik drastis setelah adain promo, manfaatin medsos," katanya.

Usahanya terus berkembang dan ia mulai menambah outlet pada Juni 2021. Hingga kini cabangnya sudah 7 tempat.

Ia bahkan mempekerjakan 15 karyawan untuk usahanya tersebut.

Dari tujuh cabang itu, ia mengaku sering meraih omzet hingga Rp 100 juta dalam sebulan. Dari jumlah itu hampir 90 persen penjualannya secara daring.

"Ya mudahan lancar ya dan harapannta buka cabang di seluruh Indonesia," kata dia.

Ia mengatakan usahanya memang dibuka saat pandemi. Sehingga ia bersyukur karena bisa tetap berkembang pesat. Menurutnya, meski pandemi kuliner atau jajanan tetap dibutuhkan orang.

Meski demikian, ia berharap pandemi segera hilang dan semua orang di Bali menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.

"Pekerja dan pembeli di kami juga wajib masker. Sebelum dsn sesudah melayani pembeli juga diminta selalu mencuci tangan," katanya.

Kontributor : Imam Rosidin

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini