Samar-Samar Dendangan Biduanita, Meski Kerap Dicolek Orang Mabuk Harus Tahan Banting

Sebelum pandemi Covid-19 menghantam, Rama dan timnya bisa mengantongi pendapatan kotor senilai Rp1 juta. Jumlah uang itu bisa didapatkan pada malam Minggu.

Eviera Paramita Sandi | Yaumal Asri Adi Hutasuhut
Senin, 11 Oktober 2021 | 19:05 WIB
Samar-Samar Dendangan Biduanita, Meski Kerap Dicolek Orang Mabuk Harus Tahan Banting
Penampakan dangdut gerobak di dekat Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur. (Suara.com/Yaumal)

"Kalau sekarang palingan Rp500 ribu. Itupun susah," ujarnya.

Apalagi saat PPKM Level 4 diberlakukan di Jakarta pada awal Agustus lalu, diakuinya sangat menyulitkan perekonomian mereka.

Mengingat Satpol PP gencar melakukan razia, untuk membubarkan kerumunan orang. Demi bertahan hidup, Rama dan teman-temannya terpaksa juga harus kucing-kucingan dengan petugas ketika sedang patroli.

"Tapi enggak pernah sampai diangkut (ditangkap Satpol PP) sih kalau aku," kata Rama.

Dalam pembagian pendapatan, setiap anggota tim dibagi rata. Jika dari satu gerobak terdiri dari tiga orang akan dibagi empat bersama Rama sebagai pemiliknya.

"Uang saweran, uang lagu kami kumpulkan semuanya. Habis itu dipotong sama uang kuota internet buat YouTube, keamanan dan lain-lain, baru sisanya dibagi rata semuanya,” ungkapnya.

Suka Dicolak-colek

Menjalani profesi sebagai biduan dangdut keliling bukan tanpa risiko, kata Rama. Terkadang Rama mengaku risau dengan tangan-tangan jahil para pria ketika memintanya untuk bernyanyi.

"Ya mau bagaimana, orang-orang pada mabuk," ujarnya.

Kendati demikian, ibu tiga orang ini menganggap hal itu tetap saja tidak dapat dibenarkan. Bagaimana pun juga, biduan dangdut keliling harus tetap dihargai. Baginya itu adalah sebuah profesi, tempatnya menggantungkan perekonomian keluarganya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak