Wisata Bali: Mengenang Peristiwa Kelam Bom Bali II 2005 di Kuta dan Jimbaran

Wapres Jusuf Kalla (yang saat itu menjabat) mengupayakan pemutaran video agar para kiai bisa teruskan kepada masyarakat tentang pemahaman agama.

RR Ukirsari Manggalani
Senin, 04 Oktober 2021 | 09:27 WIB
Wisata Bali: Mengenang Peristiwa Kelam Bom Bali II 2005 di Kuta dan Jimbaran
Monumen peringatan Bali Bombing di kawasan Kuta. Sebagai ilustrasi [Antara/Wira Suryantala]

SuaraBali.id - Peristiwa Bom Bali II adalah serangkaian pengeboman yang terjadi di Bali untuk kedua kalinya setelah 2002. Peristiwa kelam ini terjadi 1 Oktober 2005 di tiga lokasi. Yaitu satu di kawasan Kuta dan dua di Jimbaran.

Dikutip dari Beritabali.com, jaringan SuaraBali.id, sedikitnya 23 orang meninggal dunia, dan 196 lainnya mengalami luka–luka.

Peristiwa bom yang kedua di Bali ini memberikan efek yang cukup signifikan terhadap sektor pariwisata Pulau Dewata, karena pada 12 September 2002 sudah pernah terjadi serangan bom yang mirip dan lebih besar lagi, menewaskan 202 orang.

Pada peristiwa bom Bali II tidak ada orang atau kelompok yang langsung mengaku bertanggung jawab atas kejadian ini.

Baca Juga:Wisata Bali: Ilmu Leak Menyandang Citra Negatif, Sejatinya Bagian dari Dasa Aksara

Beberapa hari kemudian, Ansyaad Mbai sebagai Kepala Desk Antiteror Kantor Menteri Polhukam mengeluarkan pernyataan bahwa kejadian itu adalah bom bunuh diri yang dilakukan oleh tiga orang yaitu Muhammad Salik Firdaus, Misno dan Ayib Hidayat.

Juga dinyatakan bahwa tersangka pengeboman adalah dua orang warga negara Malaysia bernama Azahari bin Husin dan Noordin M. Top.

Latar belakang peristiwa bom Bali pertama adalah berkaitan dengan penyebab perang Afghanistan dan sejarah perang Afghanistan. Begitu juga sejarah bom Bali 2005 yang tidak jauh berbeda, yaitu menyasar para warga asing.

Sejarah bom Bali pada 2005 terjadi pada tiga lokasi terpisah yaitu Kafe Nyoman, Kafe Menega, dan Restoran R.AJA’s di Kuta Square. Menurut Ansyaad Mbai, bukti – bukti awal menunjukkan tanda bahwa paling tidak ada tiga orang pengebom bunuh diri dalam serangan ini yang mirip dengan modus operandi pengeboman 2002.

Bukti bom bunuh diri didapatkan dari serpihan ransel dan tubuh manusia yang hancur, namun ada kemungkinan bahwa ransel–ransel itu telah disembunyikan sebelum diledakkan.

Baca Juga:Wisata Bali: Tradisi "Mesunat", Perpaduan Budaya Lokal dan Bugis di Desa Pengambengan

Komisioner Polisi Federal Australia, Mick Keelty menyatakan bahwa jenis bom yang digunakan berbeda dari ledakan sebelumnya karena kebanyakan korban meninggal terluka akibat serpihan tajam atau shrapnel, dan bukan karena ledakan kimia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak