Sejarah bom Bali pada 2005 tidak memberikan dampak yang terlalu signifikan seperti pada peristiwa 2002 karena tidak terlalu memperlihatkan wisatawan asing yang langsung pulang ke negaranya seperti dahulu.
Sempat terjadi pelemahan mata uang rupiah sekitar 100 poin pada pembukaan perdagangan yang dilakukan sehari setelah kejadian menjadi Rp 10.400, tetapi pada penutupan perdagangan berkurang menjadi RP 10.350 sehingga total pelemahan menjadi hanya 15 poin.
Begitu juga pada Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta yang mampu memulihkan diri dari pengaruh perdagangan sehari setelah peristiwa sejarah bom Bali 2005.
Berbeda dengan sejarah peristiwa bom bali pertama yang mempengaruhi sektor pariwisata dan ekonomi secara signifikan di Bali.
Baca Juga:Wisata Bali: Ilmu Leak Menyandang Citra Negatif, Sejatinya Bagian dari Dasa Aksara