SuaraBali.id - Banten atau Sesajen Hindu sangat sering dijumpai di Bali. Sesajen adalah salah satu sarana upacara dalam berkomunikasi dengan leluhur hingga Tuhan.
Banten diperkenalkan oleh seorang Resi atau Rsi Maharsi Markandeya di sekitar abad ke-8 kepada penduduk di sekitar pertapaannya yaitu Desa Puakan-Taro yang kini dikenal dengan Tegallalang Gianyar.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sajen merupakan makanan (bunga-bunga dan sebagainya) yang disajikan kepada orang atau makhluk halus dan sebagainya, selain istilah di atas sesajen di masyarakat Bali dikenal dengan istilah Banten yang digunakan sebagai persembahan dalam upacara agama Hindu.
Pada mulanya Banten dikembangkan kepada umat Hindu yang tidak menguasai mantra-mantra dalam kegiatan baktinya dan sebatas pengikut dari Rsi Markandeya dan berkembang kepada masyarakat sekitar.
Baca Juga:Ibadah Hindu Nora Alexandra Dikritik: Nikah dengan Orang Bali Tapi Gak Bisa Sembahyang
Kedatangan kedua kalinya Rsi Markandeya bersama pengikutnya ke Bali ini dengan melakukan pengruwatan berdasarkan wahyu yang ia dapatkan dari Tuhan ketika bersemedi di Gunung Raung.
![Festival Puputan Badung 2014 di Denpasar, Sabtu (20/9). Kegiatan bidang seni budaya selama sebulan itu melibatkan sekitar 1.000 seniman untuk memperingati 108 tahun Perang Puputan Badung yaitu pertempuran titik darah penghabisan warga Badung melawan Belanda pada tahun 1906. [Antara/Nyoman Budhiana]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2014/09/20/Peringatan-Puputan-Badung3-e1411216542299.jpg)
Ketika memasuki Bali Rsi Markandeya ini kemudian melakukan beberapa hal. Yaitu melaksanakan ritual upacara mendem pedagingan Panca Datu sesuai petunjuk menggunakan sarana sesajen di Pura Besakih.
Selain itu setiap memasuki daerah baru atau tempat baru dilaksanakan ritual upacara pembersihan tanah yang akan ditempati.
Hingga kini ritual ini masih dipegang teguh oleh masyarakat Hindu Bali terutama dalam penggunaan Banten sebagai sarana upakara.
Banten ini merupakan perwujudan rasa syukur dan ikhlas masyarakat atas apa yang diberikan Tuhan melalui alam. Masyarakat Bali yang dulunya sangat agraris segala isi banten diambil dari kebun atau sawah sendiri dan dirangkainya sendiri.
Baca Juga:90 Ribu Baby Lobster Diselundukan Lewat Pelabuhan Merak, Negara Rugi Rp 23 Miliar
Banten memiliki jenis, bentuk, dan bahan yang bermacam-macam. Keunikan dan kerumitan banten memiliki makna simbolik dengan perpaduan estetika.
- 1
- 2