Di perjalanan menuju kuburan jenazah bakal diarak berputar tiga kali di depan rumah mendiang, berlawanan arah jarum jam sebagai simbol mengembalikan unsur Pancha Maha Bhuta ke tempatnya masing-masing, dan sebagai tanda perpisahan dengan keluarga.
Berputar tiga kali di perempatan dan pertigaan desa sebagai simbol perpisahan dengan lingkungan masyarakat. Berputar tiga kali di muka kuburuan sebagai simbol perpisahan dengan dunia.
Upacara pembakaran jenazah, jenazah dibaringkan di tempat yang disediakan disertakan sesaji kemudian diperciki oleh pemangku yang memimpin upacara dengan Tirta Pangentas yang bertindak sebagai api diiringi dengan Puja Mantra dari pemangku. setelah selesai baru jenazah dibakar dengan hangus, tulang-tulang hasil pembakaran kemudian digilas dan dirangkai dalam buah kelapa gading yang telah dikeluarkan airnya.
Baca Juga:5 Alasan Mengapa Work from Bali Bisa Jadi Pilihan untuk Bekerja Daring
Nganyud bermakna sebagai ritual untuk menghanyutkan segala kekotoran yang tetap tertinggal dalam roh mendiang dengan simbolisasi berupa menghanyutkan abu jenazah. Upacara ini biasanya dilaksakan di laut, atau sungai.
Makelud biasanya dilaksanakan 12 hari seusai upacara pembakaran jenazah. Makna upacara makelud ini adalah membersihkan dan menyucikan kembali lingkungan keluarga dampak kekecewaan yang melanda keluarga yang ditinggalkan.
Filosofis 12 hari kekecewaan ini diambil dari Wiracarita Mahabharata, saat Sang Pandawa mengalami masa hukuman 12 tahun di tengah hutan.
Baca Juga:Pemancing Jatuh dari Tebing Water Blow Nusa Dua, Namanya Rohim
Upacara ngaben sejatinya megajarkan kita bahwa setiap hidup manusia akan kembali ke sang pencipta. Kita sebagai insan manusia ini diingatkan bahwa kehidupan di dunia ini tidak abadi ketika roh menuju nirwana hanya amal perbuatan yang menemani.