Penyerapan Gabah Produksi Mengwi Bali Tetap Stabil saat Pandemi

Kondisi pariwisata terpuruk membuat kebutuhan gabah untuk para wisatawan juga ikut berkurang.

RR Ukirsari Manggalani
Jum'at, 26 Maret 2021 | 22:31 WIB
Penyerapan Gabah Produksi Mengwi Bali Tetap Stabil saat Pandemi
Petani memanen padi di Pondok Rajeg, Cibinong, Kabupaten Bogor. Sebagai ilustrasi gabah [Suara.com/Arief Hermawan P]

SuaraBali.id - Penyerapan gabah atau bulir padi hasil panen di Bali masih bagus, khususnya daerah Mengwi Kabupaten Badung. Untuk sekali panen dua kali setahun, total penyerapan mampu dicapai kurang lebih 1.000 ton dengan jenis varietas padi tergolong bagus. Demikian dikutip dari BeritaBali.com, jaringan SuaraBali.id.

"Untuk sekali panen penyerapan kurang lebih mencapai 1.000 ton bisa didapat. Untuk panen raya sekali saja misalnya, bulan ke-3 dan ke-4 sedangkan panen ke-2 di bulan 9,10 dan bulan 11 harga pasti tinggi dan petani pasti merasa senang saat memasuki bulan-bulan itu," jelas salah satu pemilik penyosohan gabah bernama Purnama Sari di Desa Tumbak Bayuh, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Rai Sujaya saat ditemui di Koplek Pergdang Bulog Sempidi,Kecamatan Mengwi, Badung (23/3/2021).

Penyerapan dari total jumlah gabah ini diserap dari beberapa petani di subak di daerah Mengwi Selatan.

"Sebagian saya beli mulai di daerah Subak Ayung, Munggu dan Subak Jepagi Let atau di seputaran Mengwi Selatan. Dengan jenis padi rata-rata Ciherang dan Cigeulis saja dengan kualitas sudah tergolong bagus," jelas Rai Sujaya.

Baca Juga:GEGER! Anak Uje, Abidzar Dituding Sudah Musyrik Foto di Depan Pura Bali

Untuk harga gabah kering panen diambil langsung di sawah, harganya di kisaran Rp4.300 belum termasuk ongkos ke pengilingan. Jadi, untuk di Badung sampai saat ini harga Gabah paling rendah Rp 4.300 di Sawah.

"Saya sebagai pelaku langsung membeli padi kepada para petani dan membeli gabah juga kepada penebas. Jadi, bisa dikatakan semua penggilingan yang ada di Kabupaten Badung khususnya, seluruhnya mengambil gabah seharga Rp4.300 di sawah," tandasnya.

Dalam kondisi saat ini Rai Sujaya mengatakan hanya terjadi lambat panen saja, yang menyebabkan rata-rata padi sampai tua-tua dipanen oleh para petani di Badung khususnya. Hal ini disebabkan faktor cuaca tidak menentu saat ini.

"Sorenya hujan, membuat tenaga yang bekerja di sawah hanya bisa bekerja setengah hari. Biasanya 1 hektar dapat diselesaikan dua hari. Akan tetapi, karena faktor cuaca akhirnya baru selesai dalam tiga hingga empat hari saja, jadi molor waktunya," jelas Rai Sujaya.

Selain terkendala cuaca dan pemasaran, menurut Rai Sujaya juga sedikit mengalami penurunan. Dibandingkan sebelum pandemi, mengalami kondisi susut hingga 40 persen.

Baca Juga:Wisata Bali: Jadwal Kunjung Turis Asing Setelah Batam - Bintan

Penurunan ini tentu disebabkan karena kondisi ekonomi masyarakat belum normal dan karena industri pariwisata yang masih sepi dan terpuruk.

"Karena orang-orang datang ke Bali saat ini sedikit, yang menyebabkan orang makan ikut sedikit atau menurun juga," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak