SuaraBali.id - Tidak lengkap rasanya saat berkunjung ke Bali tapi tidak punya dokumentasi di Pura Besakih yang ikonik.
Pura Besakih menjadi pura terbesar di Bali dan dikenal sebagai pura Ibu (mother temple).
Lokasinya berada di lereng Gunung Agung, Desa Besakih, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem, Bali.
Konon tidak ada bangunan yang boleh melebihi tingginya Pura Utama Besakih, sehingga tak heran menjadi pusat kegiatan berbagai upacara agama Hindu yang sangat sakral. Di sana terdapat 1 pura utama terbesar dan 18 pura pendamping.
Baca Juga:Teco Berharap Bali United Kembali Tampil di Piala AFC 2021
Keberadaannya yang menjadi autentik dari bagian khas Bali, membuat objek wisata ini menjadi sangat populer di kalangan wisatawan dan menempati deretan objek wisata di Bali yang wajib dikunjungi.
Nah, untuk kamu yang ingin mengunjungi Pura Besakih, bisa menggunakan jasa pemandu. Selain untuk menghindari salah arah juga agar pengunjung bisa lebih maksimal menikmati keindahan pura, dan mengenal sejarah akan berdirinya pura Besakih tersebut.
Konsep pembangunan pura Besakih yang eye catching sedari jauh, membuat wisatawan tidak lelah berhenti berfoto di tiap sudutnya.
Ada saja spot dan sudut yang bikin takjub sedari bawah hingga atas. Menaiki ratusan anak tangga dan mengelilingi berhektare-hektare Pura Besakih dibuat tidak terasa karena pangling dengan keindahan sekitar.
Made, guide, menuturkan, Pura Besakih mengekspresikan tentang Tri Hita Kirana yang menjadi kepercayaan penting umat Hindu Bali yang mana kehidupan di dunia fana ini harus selaras, harmonis dan berkesinambungan antara kehidupan manusia dengan alam, antar sesamanya dan Tuhan. Sehingga kehidupan manusia di dunia menjadi damai, tentram dan tenang.
Baca Juga:Tanpa Olahraga, Jus Jeruk Bali Bisa Bantu Hilangkah Lemak Perut
"Mengunjungi objek wisata pura Besakih tentu ada beberapa hal yang perlu ketahui mulai dari etika serta pantangan-pantangan mengunjungi sebuah objek wisata pura," katanya.
Ia mengatakan pengunjung atau wisatawan dilarang pakai celana pendek, setiap wisatawan diharuskan pakai selendang atau sarung untuk menutupi bagian perut hingga kaki.
"Tidak bicara kotor, menjaga sopan santun saat berfoto hingga tidak bermesraan di sekitaran pura, dan untuk wisatawan tidak boleh masuk ke pura utama yang paling atas kecuali ingin berdoa," jelasnya.
Disinggung soal makna dari nama pura, ia menuturkan nama Besakih berasal dari bahasa Sansekerta ‘wasuki’, bahasa Jawa Kuno ‘basuki’ yang berarti selamat. Sehingga menjadi doa keselamatan untuk semua umat.
Selain masih aktif sebagai rumah ibadah umat Hindu. Pura ini juga dibuka untuk umum. Bagi wisatawan yang berkunjung ke sini dikenakan biaya tiket masuk Rp 30.000 untuk wisatawan lokal dan Rp 60.000 untuk wisatawan asing.
Kawasan kompleks tempat peribadatan ini dibangun di abad ke-8 pada masa Rsi Markandeya. Luasnya sekitar 20 hektar, terdiri dari 22 kompleks pura berpusat di Pura Penataran Agung.
Letaknya di lereng barat daya, berjarak sekitar 7,5 km dari puncak Gunung Agung membuat destinasi ini memiliki udara sejuk. Berada di ketinggian 1000 mdpl, Pura ini berjarak sekitar 1,5 jam perjalanan dari Denpasar.
Kontributor : Silfa