Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Selasa, 07 Mei 2024 | 11:40 WIB
Ilustrasi pernikahan di Bali

SuaraBali.id - Prosesi pernikahan adat di setiap daerah di Indonesia tentu memiliki cara sendiri-sendiri. Meskipun maknanya tidak jauh berbeda.

Setiap prosesi yang dilakukan tentu memiliki arti untuk kebaikan kedua mempelai. Tak terkecuali dengan prosesi pernikahan adat di Bali.

Pulau yang dikenal masih kental dengan budayanya ini masih melestarikan tradisi-tradisi yang ada, termasuk pernikahan tradisional Bali.

Mayoritas penduduk Bali memeluk agama Hindu, sehingga prosesi pernikahan adatnya tentu berbeda dengan lainnya.

Baca Juga: Pernikahan Mahalini dan Rizky, Sebagian Ruas Jalan Depan Rumah Mahalini Ditutup

Tak hanya sekedar ijab kabul lalu sah, banyak sekali rangkaian acara atau prosesi yang harus dilakukan dalam pernikahan adat Bali ini.

Berbicara soal pernikahan adat di Bali, tentu tak asing lagi dengan istilah Upacara Mekala Kalaan. Upacara ini memiliki makna sebagai pengawal kehidupan pasangan suami istri dengan kesucian.

Dengan disaksikan keluarga dan masyarakat, upacara ini sebagai wujud ikrar suci pasangan pengantin di hadapan Tuhan.

Namun sebelum menuju pada Upacara Mekala kalaan, tentu masih ada beberapa proses yang harus dilalui, seperti:

1.      Mesedek

Baca Juga: Tukang Tato di Ubud Ditangkap Karena Curi IPhone 13 Pelanggannya

Dalam Upacara Mesedek ini orang tua calon pengantin laki-laki datang ke rumah mempelai wanita sebagai bentuk perkenalan diri. Makna dari upacara ini yaitu pengantin laki-laki yang memang sudah sungguh-sungguh ingin menjadikan calon pengantin Perempuan sebagai istrinya.

2.      Medewasa Ayu

Dalam prosesi Medewasa Ayu ini kedua pihak keluarga mulai membahas tentang tanggal baik melangsungkan pernikahan. Mereka akan meminta saran dari seorang pemimpin agama (Sulinggih) tentang tanggal baik tersebut.

3.      Ngekeb

Upacara Ngekeb ini adalah ritual mandi dan mencuci rambut mempelai Wanita. Setelah itu mempelai Wanita akan masuk ke dalam kamar pengantin dan menanti sampai tiba saatnya mempelai pria menjemputnya.

Makna dari upacara ini adalah mempelai Wanita membersihkan diri dari masa lalu. Saat mempelai pria tiba menjemput, si Wanita dikelilingi oleh selembar kain tipis berwarna kuning dari kepala hingga kaki.

Hal ini melambangkan bahwa ia telah meletakkan masa lalu dan Bersiap memulai kehidupan baru Bersama calon suaminya.

4.      Ngukab Lawang

Prosesi ini dimana keluarga calon pengantin pria Bersama-sama menjemput calon pengantin Perempuan. Mereka bertemu untuk menjalani serangkaian ritual seperti Pejati dan suci alit, Peras Pengambena, Caru Ayam, Brumbun Asoroh, dan lain sebagainya.

Ngukab Lawang ini melambangkan penghormatan mendalam terhadap keluarga mempelai Wanita dan mencerminkan harapan untuk membina hubungan suami istri yang penuh harmonis.

5.      Medagang-Dagangan

Ritual ini adalah ritual berdagang dalam Bahasa Bali. Mempelai Wanita dan Pria terlibat dalam tawar-menawar barang dagangan hingga mencapai tahap pembayaran yang disepakati.

Selesai bertransaksi, mempelai pria menggunakan keris untuk memotong tikeh dadakan yang dipegang oleh mempelai Wanita.

Selanjutnya yaitu pemutusan benang yang diikatkan pada dua cabang pohon dapdap, diikuti dengan mandi suci untuk membersihkan diri.

6.      Makala-Kala

Upacara ini dilakukan oleh kedua pasangan pengantin dengan cara membakar sebuah tetimbug yang diletakkan di atas tungku bata dengan posisi duduk. Tetimbug merupakan bambu yang terdiri dari 3 buah dan memiliki 3-5 ruas diikat menjadi satu.

Makna ritual ini sebagai bentuk perlindungan bagi kedua calon pengantin agar tidak mendapat gangguan dari bhutakala.

7.      Metegen-tegenan dan Suun-suunan

Metegen-tegenan dilakukan dengan mempelai pria yang memikulnya, dan sun-suunan dipegang oleh mempelai Wanita.

Keduanya mengelilingi api suci yang dikenal sebagai sanggah surya, mengikuti arah jarum jam dalam tujuh putaran.

Upacara ini sebagai simbol awal perjalanan pernikahan, menandai Langkah pertama kedua pengantin dalam mengarungi perjalanan kehidupan Bersama yang baru.

8.      Majauman

Prosesi ini mengharuskan pengantin pria mengunjungi rumah mempelai Wanita setelah semua rangkaian upacara telah selesai. Kata ‘Jaum’ dalam majauman merujuk pada jarum, dimana perannya dalam merajut Kembali hubungan antara kedua keluarga setelah terjadi ketegangan.

Upacara ini memiliki tujuan spiritual, memberitahukan kepada Hyang Guru dan leluhur tentang ikatan pernikahan yang baru terjalin dan memohon perlindungan terhadap ancaman bahaya yang mungkin terjadi dimasa depan.

9.      Natab Pawetonan

Ritual ini berlangsung di atas tempat tidur, dimana mempelai pria menyerahkan seserahan berupa barang-barang berharga, termasuk perhiasan dan pakaian kepada ibu mempelai Wanita.

10.   Prosesi Bekal

Tradisi ini adalah tradisi menyerahkan sekelompok perhiasan atau pakaian ibadah oleh seorang ibu kepada anak wanitanya. Upacara ini mencerminkan bahwa anak Perempuan akan selalu menghargai pengorbanan ibunya yang telah mengalami perjuangan dan kesulitan dalam membawanya ke dunia.

11.   Acara Mejaya-jaya

Puncak tradisi pernikahan adat di Bali ini adalah Upacara Mejaya-jaya. Prosesi ini dilakukan setelah pasangan pengantin resmi menjadi suami istri. Tujuan prosesi ini adalah untuk menunjukkan harapan akan mendapatkan kemudahan dan bimbingan terus menerus dari Sang Hyang Pramesti Guru.

Kontributor : Kanita

Load More