- UIN Mataram berkomitmen menjadi pusat studi pondok pesantren dan riset manuskrip Nusantara melalui peresmian Pusat Studi Naskah dan Pesantren (Pustunastren).
- Pustunastren bertujuan menginventarisasi, mendigitalisasi, dan meneliti naskah klasik Lombok yang kaya akan khazanah aksara Arab, Jawi–Pegon, dan Jejawen Sasak.
- Pemerintah memfinalisasi pembentukan Ditjen Pesantren sebagai pengakuan peran historis pesantren, dengan fokus pada empat program strategis awal.
SuaraBali.id - Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), menegaskan komitmen jangka panjangnya untuk menjadi pusat studi pondok pesantren dan riset manuskrip Nusantara.
“Ini momentum penting bagi UIN Mataram. Kampus harus hadir sebagai penjaga warisan ilmiah dan sekaligus penggerak inovasi pendidikan pesantren,” ujar Rektor UIN Mataram Masnun Tahir dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (16/11).
Pernyataan Masnun tersebut disampaikan saat Halaqah Tingkat Nasional yang digelar di UIN Mataram, sekaligus peresmian Pusat Studi Naskah dan Pesantren (Pustunastren).
Lembaga baru yang diproyeksikan menjadi pusat unggulan dalam riset manuskrip dan turats pesantren.
Pustunastren bertugas melakukan inventarisasi, digitalisasi, hingga penelitian lanjutan terhadap naskah-naskah klasik Lombok yang dinilai para filolog sebagai salah satu khazanah terkaya di Indonesia.
Baca Juga:Okupansi Hotel di NTB Anjlok Pasca Liburan, Ini Yang Terjadi
Menurut dia, Lombok dan NTB memiliki kekayaan tradisi manuskrip yang luar biasa, mencakup naskah beraksara Arab, Jawi–Pegon, hingga Jejawen Sasak.
Bagi Masnun, pusat studi naskah dan pesantren tidak hanya menjadi wadah akademik, tetapi juga penjaga identitas keilmuan Nusantara yang kini semakin membutuhkan dukungan kelembagaan.
“Dengan lahirnya lembaga ini, UIN Mataram menargetkan diri sebagai pusat pengetahuan baru yang menghubungkan tradisi pesantren dengan kebutuhan transformasi pendidikan modern,” katanya
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Pratikno menyampaikan pemerintah sedang memfinalisasi pembentukan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pesantren, struktur baru yang telah disetujui Presiden Prabowo Subianto.
Pratikno menyebut lahirnya Ditjen Pesantren sebagai babak baru yang menunjukkan penghargaan negara atas peran historis pesantren sebagai pusat pembinaan moral, keilmuan, dan kebangsaan.
Baca Juga:Pertumbuhan Pengguna Indosat di NTB Meroket, Meski Masih Ada PR Area Tanpa Sinyal
“Dengan lebih dari 42 ribu pesantren dan 12,5 juta santri, kekuatan sosial ini dinilai strategis bagi masa depan Indonesia,” kata Menko Pratikno.
Dalam arah kebijakannya, Menko Pratikno menyoroti berbagai tantangan, termasuk keamanan infrastruktur, literasi digital, hingga kesiapan vokasional santri.
Untuk itu empat program strategis dirancang sebagai prioritas awal Ditjen Pesantren, antara lain Program Pesantren Sehat dan Aman, peningkatan kompetensi vokasional santri, pemberdayaan kiai dan nyai, serta akselerasi digitalisasi pesantren.