Di Balik Daftar Pahlawan Nasional Baru, Kisah Kapten Mudita dari Bali yang Terlupakan

Hari Pahlawan 2025, Soeharto berpeluang jadi Pahlawan Nasional. Usulan Kapten Mudita (Bali) kembali gagal meski sudah diperjuangkan sejak 2020.

Eviera Paramita Sandi
Senin, 10 November 2025 | 07:00 WIB
Di Balik Daftar Pahlawan Nasional Baru, Kisah Kapten Mudita dari Bali yang Terlupakan
Monumen Perjuangan Kapten TNI Anak Agung Gede Anom Mudita di Bangli, Bali [bangli.banglikab.go.id]
Baca 10 detik
  • Presiden Prabowo akan umumkan 10 pahlawan nasional baru, di antaranya adalah Soeharto.
  • Pahlawan asal Bali, Kapten Mudita, tak masuk daftar usulan meski diajukan sejak 2020
  • Meski tak diakui nasional, jasa Kapten Mudita tetap dikenang dan dihormati di Bali.

SuaraBali.id - Menjelang peringatan Hari Pahlawan 10 November 2025, Istana Negara bersiap mengumumkan nama-nama baru yang akan dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.

Nama-nama besar seperti Presiden ke-2 RI Soeharto dan Presiden ke-4 RI Gus Dur ramai dibicarakan sebagai kandidat kuat.

Namun, jauh dari sorotan ibu kota, sebuah penantian panjang dari Bali kembali menemui jalan buntu.

Nama pejuang kemerdekaan asal Bangli, Anak Agung Gede Anom Mudita atau Kapten Mudita, sekali lagi tidak masuk dalam daftar 40 tokoh yang diusulkan ke Presiden Prabowo Subianto.

Baca Juga:PM Inggris Berterima Kasih ke Prabowo usai Pulangkan 2 Napi Narkoba, Siap Pulangkan Napi WNI

Padahal, usulan ini telah diperjuangkan oleh Pemerintah Kabupaten Bangli sejak tahun 2020.

Di Jakarta, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi telah mengonfirmasi bahwa pengumuman akan dilakukan langsung oleh Presiden Prabowo.

“Besok (10 November 2025), Insya Allah akan diumumkan. Iya (oleh Presiden Prabowo langsung). Kurang lebih sepuluh nama,” kata Prasetyo pada Minggu (9/11/2025).

Ia juga membenarkan bahwa Soeharto menjadi salah satu nama yang akan menerima gelar tersebut.

“Ya, masuk, masuk,” jawabnya singkat.

Baca Juga:Setelah Bertahun-tahun di Penjara, Dua WN Inggris Ini Akhirnya Bebas dari Hukuman di Indonesia

Proses seleksi ini melibatkan Dewan Gelar Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan (GTK) yang dipimpin oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon.

Menurutnya, semua nama yang diusulkan telah melalui kajian berlapis.

"Termasuk nama Presiden Soeharto itu sudah tiga kali bahkan diusulkan, ya," ujarnya.

Namun, di tengah proses yang ketat itu, nasib usulan untuk Kapten Mudita seolah mengambang.

Kepala Dinas Sosial Bangli, I Wayan Jimat, mengungkapkan bahwa semua persyaratan administrasi telah dinyatakan lengkap sejak lama. Namun, hingga kini tidak ada kepastian.

"Persyaratan yang kami kirimkan telah dinyatakan lengkap. Sampai sekarang kami masih menunggu informasi," ujarnya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak