SuaraBali.id - Sudah menjadi tradisi tahunan bagi Umat Muslim untuk melakukan Ibadah Kurban pada Hari Raya Idul Adha.
Pada Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriyah yang jatuh pada Jumat (6/6/2025) hari ini, ibadah kurban di Bali juga berjalan seperti biasa.
Namun, ada tradisi kurban spesial juga yang telah bertahun-tahun dilakukan oleh masyarakat Muslim yang ada di Bali.
Seperti yang diketahui, mayoritas penduduk di Pulau Bali memeluk Agama Hindu.
Baca Juga:Koster Absen di Hari Pertama Retret Kepala Daerah: Prioritaskan Pembukaan PKB Bali
Karena itu, umat Muslim di Bali turut merangkul masyarakat Hindu dan agama lainnya juga dalam perayaan kurban.
Dalam perayaan kurban yang dilakukan di Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Bali, seluruh masyarakat di sekitar Padangsambian, Denpasar turut menerima berkah dalam tradisi “ngejotin”.
Dalam tradisi tersebut, umat Muslim akan membagikan daging ke rumah-rumah warga tanpa melihat keyakinannya.
Dalam Idul Adha, mereka akan diberi paket daging kurban berupa daging sapi atau kambing untuk dimasak.
Dalam prosesi hari ini, ada 145 ekor sapi dan 275 ekor kambing yang diterima untuk dikurbankan di Denpasar. Jumlah tersebut meningkat dari jumlah kurban tahun lalu.
Baca Juga:Kisah Hidup Umar Patek, Dulu Terlibat Bom Bali 1 Kini Jualan Kopi
Proses penyembelihan hewan kurban juga sudah dimulai sejak pukul 08.00 WITA usai melakukan Salat Ied.
Satu per satu hewan kurban melewati beberapa tahap dari penyembelihan, pembersihan, pemotongan, hingga pengemasan sebelum akhirnya dibagikan untuk ngejotin.
“Alhamdulillah kami saat ini bisa berkurban lebih banyak dari tahun kemarin. Mudah-mudahan di tahun depan kita bisa berkurban lebih banyak lagi. Bukan saja kepada umat Islam, kami berikan kepada sesama umat yang ada di Bali,” ucap Ketua LDII Bali, Olih Solihat Karso saat ditemui di kantornya, Jumat (6/6/2025).
Olih melihat perayaan Idul Adha bukan hanya sebagai sarana memberi berkah kepada sesame umat muslim, namun juga kepada semua umat beragama.
Terlebih, dia memahami konsep Menyama Braya yang memaknakan persaudaraan antar sesama manusia.

“Kami masukkan konsep menyama braya, bahwa kita ini saudara, cuma beda keyakinan. Karena di Bali yang saya tahu dalam satu keluarga pun ada yang berbagai macam agama, tetapi akur tetap rukun,” tutur dia.
- 1
- 2