Magi Farm: Revolusi Pengolahan Sampah di Bali dengan Maggot BSF

Hanya dalam setengah hari, sampah-sampahnya saat itu sudah habis dilahap maggot.

Eviera Paramita Sandi
Selasa, 24 September 2024 | 07:37 WIB
Magi Farm: Revolusi Pengolahan Sampah di Bali dengan Maggot BSF
Aktivitas pengolahan sampah makanan di Magi Farm, Bali. (Suara.com/Putu Yonata Udawananda)

SuaraBali.id - Pengelolaan sampah di Bali menjadi masalah yang belum ditemukan solusi terbaiknya. Namun, dari sebuah tempat yang luasnya hanya sekitar 1 are di Desa Batubulan, Kabupaten Gianyar, Bali, tercium usaha pekerja keras yang berniat untuk mencari solusi mengatasi masalah sampah tersebut

Jika dilihat dari luar, tempat tersebut menyatu dengan permukiman di sekitarnya. Tapi di dalamnya, terdapat pemandangan yang tak biasa ditemukan orang kebanyakan.

Tempat yang tidak begitu ramai, namun beragam aktivitas dilakukan sekitar empat orang di dalamnya. Ada yang duduk sambil mengikis telur Lalat Tentara Hitam (BSF) hasil budidaya, ada juga yang membubuhkan sesuatu yang menggeliat ke tumpukan wadah, hingga memindahkan sejumlah ember berisikan sampah makanan. Sesekali, juga ada yang mendatangi tempat itu dengan membawa sejumlah sampah.

Pemandangan seperti itu yang menjadi aktivitas sehari-hari di Magi Farm, tempat yang menjadi pembudidayaan Maggot BSF yang digunakan untuk melakukan pengolahan terhadap sampah makanan.

Baca Juga:Bali United Kembali Imbang Dengan PSS Sleman, Ini Alasan Teco

Magi Farm didirikan bersama oleh I Putu Soma Rolandwika (27) dan Ni Nyoman Rida Bimastini (29). Saat ini, Magi Farm sudah mampu mengolah hingga berton-ton sampah makanan dan membuka lapangan pekerjaan. Namun, titik itu bisa dicapai karena perjuangan ekstra keras yang Soma dan Ima, nama panggilan mereka, lakukan sejak empat tahun yang lalu.

Ide mereka untuk mendirikan Magi Farm berawal dari kesadaran mereka untuk mengolah sampah yang mereka hasilkan di rumah setiap hari. Apalagi setelah mereka tahu jika dari semua sampah organik yang dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), volume yang cukup besar adalah berupa sampah makanan. Mencari solusi hal itu mengarahkan mereka untuk melakukan berbagai eksperimen.

Aktivitas pengolahan sampah makanan di Magi Farm, Bali. (Suara.com/Putu Yonata Udawananda)
Aktivitas pengolahan sampah makanan di Magi Farm, Bali. (Suara.com/Putu Yonata Udawananda)

Soma sempat mencoba menggunakan bakteri kompos untuk mengatasi masalah itu. Namun, menurutnya metode composting itu tidak dapat bekerja cepat dalam satu hari. Tidak sebanding dengan sampah makanan yang dihasilkannya setiap hari.

Sampai akhirnya saat masa pandemi Covid-19 tahun 2020 lalu, mereka mendengar tren untuk membudidayakan maggot BSF. Maggot yang merupakan larva lalat BSF itu juga bisa memakan sisa-sisa makanan tanpa tersisa.

“Waktu itu lagi Covid kan memang ngetren (budidaya) maggot di Bali. Waktu itu langsung coba satu box, dua box, dan seru kita melihatnya (memakan sampah),” ujar Soma saat ditemui di lokasi.

Baca Juga:Pasutri Asal Thailand Hendak Selundupkan Ekstasi 1,5 kilogram ke Bali

Selain seru untuk melihat ribuan maggot itu mengonsumsi sampah makanan, Soma juga mendapat satu penilaian penting yakni kecepatan, sesuatu yang diharapkannya. Hanya dalam setengah hari, sampah-sampahnya saat itu sudah habis dilahap maggot. Dari pengamatannya, seekor maggot memang dapat melahap sampah sampai dua kali berat badannya dalam sehari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak