“Kita rasain pernah kreseknya bocor, jatuh, kita harus bersih-bersih di hotel, itu zaman-zaman susah sih,” imbuhnya.
Setelahnya, Soma berkesempatan mendapatkan pendanaan hingga pembekalan untuk bisnisnya itu. Sehingga, pada tahun 2022 lalu pengembangan terus berjalan sembari laki-laki asal Klungkung itu memperdalam pengetahuannya untuk mengembangkan bisnisnya ke depan. Sampai akhirnya saat mereka sepakat untuk membentuk bisnis berupa jasa pengolahan sampah makanan pada tahun 2023. Sebuah langkah berbeda dari peternak maggot lainnya yang beternak maggot untuk dijadikan pakan ternak.
“Kalau dulu sebagian besar peternak maggot yang muncul fokusnya memproduksi maggotnya untuk jadi pakan ternak,” ujar Ima.
“Makanya kita ganti business model tidak sama dengan peternak maggot lainnya, tapi kita branding sebagai bisnis mengolah sampah makanan makanan,” imbuh perempuan asal Buleleng itu.
Baca Juga:Bali United Kembali Imbang Dengan PSS Sleman, Ini Alasan Teco
Mereka memberikan pelayanan pengangkutan sampah makanan untuk diolah di Magi Farm. Selain itu, Magi Farm juga bisa memberikan sekotak maggot siap kerja atau yang mereka sebut ‘Magi Kit’ kepada pelanggan sehingga mereka dapat mengolah sampahnya ke sana.
Hingga kini, mereka sukses mendapatkan pelanggan sekitar 70 rumah tangga dari Ubud hingga Nusa Dua. Selain itu, mereka juga mengolah sampah makanan dari sekitar 30 hotel dan restoran di Bali.
Hanya dalam sehari, mereka bisa mengangkut sampai 300 kilogram sampah makanan di lokasi. Proses budidaya maggot dari berbentuk telur hingga indukan Lalat BSF juga berlangsung di sana.
Selain itu, proses budidaya dan pengolahan sampah itu juga menghasilkan produk lain seperti pupuk organik hingga pakan ternak. Ada sekitar 300-600 kilogram pupuk yang dihasilkan dari kotoran maggot yang nantinya juga dibagikan kepada pelanggan mereka setiap bulannya. Mereka juga terus mengembangkan produk lain seperti pakan ternak yang berasal dari maggot.
Baru setahun sejak mereka mulai berbisnis, namun kini mereka sudah dapat mempekerjakan tujuh orang pada bagian operasional serta staf media sosial.
Baca Juga:Pasutri Asal Thailand Hendak Selundupkan Ekstasi 1,5 kilogram ke Bali
Tanpa Efek Samping
Sementara itu, dari pandangan Putu Arya Wigita, pengolahan sampah dengan Maggot BSF memang tidak memiliki efek samping terhadap lingkungan, berbeda jika sampah itu hanya dibuang di TPA.
Arya adalah seorang Analis Senior di Solutions Lab Kopernik, sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial dan lingkungan. Arya melalui Kopernik juga sudah tiga kali melakukan penelitian terhadap Maggot BSF dan dampaknya bagi lingkungan.
“Sejauh kami melakukan riset tentang BSF, belum kami lihat sama sekali ada efek samping,” ujar Arya.
Hanya saja, Arya menilai perkembangan maggot yang belum masif di Bali dan Indonesia salah satunya disebabkan karena faktor biaya. Mengolah sampah makanan dengan maggot memang memerlukan biaya lebih ketimbang metode konvensional yang dilakukan selama ini.
Namun demikian, jika dikembangkan lebih besar lagi, biaya pengolahan sampah dengan Maggot sejatinya juga dapat ditekan.