SuaraBali.id - Salah satu komponen canang sari yaitu bunga gumitir berpotensi mendorong inflasi pada Juni 2024. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja.
Mengapa hal ini bisa terjadi, Erwin menyebut ada pengaruh cuaca dan kesuburan tanah.
"Ketidakpastian cuaca mempengaruhi kesuburan tanaman, termasuk tanaman gumitir yang menjadi salah satu komponen canang sari," kata Erwin, Selasa (5/6/2024).
Selain itu canang sari sebagai salah satu sarana persembahyangan umat Hindu juga kerap menjadi komoditas yang mengalami inflasi saat hari raya keagamaan karena tingginya permintaan.
Baca Juga:Jefferson Berpamitan Meski Jadi Topskor Tim, Bali United Siap Berburu Striker Baru
Selain dari sisi tanaman gumitir, faktor risiko inflasi lainnya yang perlu diwaspadai pada Juni ini juga karena kenaikan harga minyak kelapa sawit global yang berpotensi merambat ke harga minyak goreng dan bahan bakar di dalam negeri.
"Selain ada konflik global yang berpotensi berpengaruh pada harga komoditas global yang dapat merambat ke harga-harga dalam negeri," ucapnya.
Menurut Erwin ada beberapa faktor yang berpotensi menahan kenaikan inflasi lebih tinggi, diantaranya peningkatan alokasi pupuk bersubsidi dari pemerintah pusat dan penurunan harga jagung global sebagai bahan baku ternak, khususnya daging ayam ras dan telur ayam ras.
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, perkembangan harga Provinsi Bali pada Mei 2024 secara bulanan mengalami deflasi sebesar -0,10 persen (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,32 persen (mtm). Tetapi lebih dalam dibandingkan deflasi nasional sebesar -0,03 persen (mtm).
Namun secara tahunan, inflasi Provinsi Bali sebesar 3,54 persen (yoy), masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 2,84 persen (yoy).
Baca Juga:Gebrakan Baru, KPU Bali Siapkan Debat Paslon Bersila di Wantilan, Tak Ada Teriakan Yel-yel
Sedangkan upaya yang dilakukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan Kabupaten/Kota di Bali adalah dengan pelaksanaan kegiatan operasi pasar murah dan pemantauan harga terus diintensifkan, terutama untuk komoditas bahan pangan strategis.
Selanjutnya imbauan Penjabat Gubernur Bali kepada jajaran di kabupaten/kota untuk memanfaatkan lahan pemerintah provinsi untuk ditanami tanaman bahan pokok sebagai salah satu langkah pengendalian inflasi.
Selain itu mendorong kerja sama antar daerah dan pemberian benih unggul di beberapa Kabupaten, seperti Badung dan Tabanan. Kemudian juga pelaksanaan High Level Meeting (HLM) TPID, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten.
"Melalui langkah-langkah tersebut, kami meyakini inflasi tahun 2024 tetap akan terjaga dan terkendali dalam rentang sasaran 2,5±1 persen," ucapnya. (ANTARA)