SuaraBali.id - Sesajen rasanya sudah sangat melekat dengan kehidupan di Bali. Bagi masyarakat Bali, hal ini merupakan sebuah tradisi yang lumrah.
Bahkan, mereka mempersembahkan sesajen tersebut setiap hari. Tak heran, jika berkunjung ke Bali, kita akan menemui berbagai macam sesajen.
Salah satu sesajen yang paling sering ditemui adalah jenis Canang Sari. Sesajen jenis ini dianggap sesajen dengan kuantitas paling kecil dibandingkan sesajen lainnya
Biasanya, canang sari ini ditempatkan di depan hotel, depan rumah dan bangunan lainnya. Sesajen ini tentu memiliki makna tersendiri.
Baca Juga:Daftar Tempat Nobar Timnas Indonesia Vs Iraq Nanti Malam di Bali
Canang Sari merupakan bentuk rasa terima kasih kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Dalam pembuatannya, ada bermacam-macam jenis bahan yang digunakan.
Diantaranya mulai dari daun janur, irisan tebu, sampaian urasari, bunga segar hingga bunga rampai yang biasa ditempatkan di bagian atas susunan bunga.
Tak hanya itu, Canang Sari ini biasanya juga dilengkapi dengan sesari yang berupa uang kepeng.
Jika mendengar uang sesari, pasti tak asing lagi dengan tradisi baru bocah-bocah yang mengambil uang tersebut.
Bahkan, tak hanya anak-anak saja, ada pula oknum wisatawan asing yang nekat mengobrak-abrik canang sari hanya untuk mencari uang sesari.
Baca Juga:Bule Rusia yang Lakukan Perusakan Villa Dan Dugaan Pemerkosaan Tidak Gangguan Jiwa
Jumlah sesari biasanya seikhlasnya, tergantung dari hati umat yang menghaturkan, sehingga tidak ada unsur paksaan.
Mulanya, sesari ini adalah uang kepeng, namun seiring berjalannya waktu, uang kepeng mulai susah didapatkan, lantaran sudah tidak menjadi mata uang yang bisa dibelanjakan.
Maka dari itu, semakin sedikitnya jumlah uang kepeng, akhirnya beralih ke uang logam biasa yang kini menjadi uang transaksi di Indonesia. Bahkan, ada pula yang menggunakan uang kertas.
Biasanya, uang sesari yang diletakkan di atas Canang Sari ini dikumpulkan di kotak dana punia. Dalam meletakkannya pun diatur agar tidak terbakar oleh dupa.
Caranya dengan meletakkan sesari di bawah bunga atau dupanya diposisikan agar tidak mengenai sesari. Pasalnya, uang ini dikumpulkan untuk dana perbaikan-perbaikan bangunan Pura.
Sementara itu, makna dan fungsi dari uang sesari ini sendiri sebagai lambang saripati dari karma atau pekerjaan (Dana Paramitha) yang melambangkan sarining manah. Selain itu juga berfungsi sebagai penebus segala kekurangan yang ada.
Kontributor : Kanita