Tradisi Aci Keburan di Bali, Adu Ayam Sebagai Persembahan

Penggelaran Aci Keburan bisa mencapai 200 pasang aduan selama 5-6 jam, dari pagi hingga pukul 10.00.

Eviera Paramita Sandi
Senin, 25 Maret 2024 | 20:00 WIB
Tradisi Aci Keburan di Bali, Adu Ayam Sebagai Persembahan
Tradisi Aci Keburan [Instagram @info_tegallalang]

SuaraBali.id - Saat perayaan Hari Raya Kuningan di Bali rupanya juga terselip tradisi unik dan menarik, salah satunya yaitu Aci Keburan.

Tradisi yang terkenal di Gianyar, Bali ini biasanya dimulai sejak Hari Raya Kuningan selama 42 hari, dan berakhir pada Hari Sabtu Kliwon Krukut (Tumpek Krukut).

Tradisi ini diadakan secara lima hari sekali dalam kurun waktu tersebut. Aci Keburan ini biasa digelar di Pura Hyang Api yang terletak di Desa Kelusa, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar.

Pelaksanaan Aci Keburan ini sebenarnya dengan mengadu atau melagakan ayam Jantan sebagai persembahan punagi atas kesembuhan dan keberhasilan ternaknya.

Baca Juga:Mebuug Buugan, Tradisi Unik Mandi Lumpur Pasca Nyepi

Penggelaran Aci Keburan bisa mencapai 200 pasang aduan selama 5-6 jam, dari pagi hingga pukul 10.00.

Meski terkesan seperti mengadu, namun Aci Keburan ini berbeda dengan permainan adu ayam pada umumnya, lantaran tidak disertakan taruhan (metoh) dan memiliki peraturan yang berbeda tentunya.

Aci Keburan ditunjukkan sebagai persembahan dan pemujaan untuk membayar kaul (naur, punagi, sesaudan, sesangi) di Pura Hyang Api.

Melansir dari laman Budaya Bali, Aci Keburan merupakan persembahan kepada Dewa Agni yang bertempat di Pura Hyang Api, bukan sebagai perjudian ataupun persembahan kepada Bhuta Kala.

Para pelaku Aci Keburan ini adalah pasangan suami istri yang datang memuja (pemedek) dan mempersembahkan persembahan kaul kepada Dewa Agni, Brahma di Pura Hyang Api.

Baca Juga:Memaknai Omed-omedan Bukan Sebagai Tradisi Ciuman Massal Atau Ajang Cari Jodoh

Suami akan membawa 2 ekor ayam atau lebih untuk diadu. Setelah itu, pelaksanaan pemujaan diakhiri dengan persembahyangan di depan pelinggih Apit Surang disertai persembahan upakara banten.

Saat suami mempersembahkan Aci Keburan, sang istri kemudian mempersembahkan upakara banten suwinih disertai dengan hewan peliharaan yang sudah dimasak.

Tradisi Aci Keburan ini masih dilestarikan oleh umat Hindu di Bali, terlihat dari ratusan umat dari seluruh Bali yang menghadiri acara tersebut.

Kontributor : Kanita

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak