Asal Usul Alat Musik Bali Genggong, Dibuat Oleh Gajah Mada Saat Istirahat

Tapak Mada (nama Mahapatih Gajah Mada ketika belum diangkat sebagai Mahapatih) seseorang yang membuat genggong saat itu.

Eviera Paramita Sandi
Sabtu, 21 Oktober 2023 | 08:53 WIB
Asal Usul Alat Musik Bali Genggong, Dibuat Oleh Gajah Mada Saat Istirahat
Alat Musik tradisional Bali, Genggong [Warisan Budaya Takbenda Indonesia]

SuaraBali.id - Alat Musik tradisional Bali, Genggong termasuk alat musik jenis idiofon yang dimainkan dengan cara dipetik. Genggong merupakan satu-satunya instrumen dalam karawitan Bali yang terbuat dari pelepah enau.

Melansir dari laman resmi warisan budaya takbenda Indonesia, Sejarah keberadaan alat musik Genggong di Bali diperkirakan telah ada semenjak awal abad 19, dimana alat musik ini dipergunakan oleh para petani untuk mengisi waktu luang. 

Tapak Mada (nama Mahapatih Gajah Mada ketika belum diangkat sebagai Mahapatih) seseorang yang membuat genggong saat itu.

Tapak Mada saat itu tengah berada di suatu hutan untuk membuat bendungan air, dibuatlah alat musik Genggong dan suling untuk mengisi waktu istirahatnya. Ia melihat pohon enau, kemudian dibentuk menjadi Genggong.

Baca Juga:Projo ke Prabowo Subianto, Basis Pendukung Jokowi di Bali Juga Akan Berbelok?

Seiring dengan perjalanannya keliling Nusantara, Tapak Mada membawa kesenian ini ke Bali.

Bahan dasar pembuatan Genggong adalah pelepah enau, masyarakat Bali menyebutnya pugpug. Pelepah enau ini diproses sedemikian rupa. 

Bahan pelepah daun enau saat ini mulai diganti menggunakan bambu. Peralatan yang dipergunakan dalam membuat Genggong diantaranya:

- Pisau pemaja/mutik

- Gergaji

Baca Juga:Segarnya Es Kolak Ancruk, Minuman Khas Buleleng yang Mudah Membuatnya

- Benang Kasur

- Potongan bambu

- Golok

- Alat pahat berbagai ukuran

Proses Pembuatan Genggong Genggong sebagai alat musik tradisional awalnya terbuat dari pelepah daun enau yang sudah tua, kemudian dibentuk sedemikian rupa dengan ukuran panjang sekitar 18 - 20 cm dan lebar sekitar 1,5 - 2 cm.

Ukuran ini dibagi menjadi beberapa bagian seperti mulut cadik berukuran dua jari, bantang cadik berukuran dua jari, to gambi berukuran satu jari, paha berukuran empat jari, dan pangisiang berukuran satu setengah jari.

Pelepah enau yang sudah dipilih dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Selanjutnya, pelepah yang telah dipotong tersebut di rebus dan keringkan dengan cara dijemur. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kelenturan dari bakalan Genggong tersebut.

Setelah kering kemudian membuat sketsa bentuk bagian-bagian Genggong ( pelayah, ikuh capung) dengan ukuran tertentu, kemudian barulah dipahat.

Genggong dikategorikan dalam 2 jenis, Genggong lanang dan genggong wadon. Genggong lanang mempunyai suara lebih tinggi, sedangkan Genggong wadon mempunyai suara lebih rendah.

Alat musik ini termasuk unik, lantaran suaranya mirip dengan katak yang bersahutan di sawah. Genggong dimainkan dengan memanfaatkan rongga mulut orang yang membunyikannya sebagai resonator.

Alat musik Bali ini dimainkan dengan cara mengulum (yanggem) pada bagian yang disebut palayah. Adapun jari tangan kiri pemain akan memegang ujung alat sebelah kiri.

Kemudian tangan kanan menggenggam tangkai bambu kecil yang dihubungkan dengan tali benang dengan ujung alat di sebelah kanan.

Kontributor :  Kanita

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini

Tampilkan lebih banyak