"STOP...Bali needs more Law Enforcement and less Blah Blah Blah (STOP... Bali butuh lebih banyak penegakan hukum dan mengurangi (bicara))," komentar seorang warganet.
"Such a nightmare (seperti mimpi buruk)," tulis yang lain.
Kisah temuan Gary dan tim Sungai Watch soal gunung sampah itu sampai menarik perhatian media Australia.
Media Australia, news.com.au memasukkan unggahan Gary sebagai bukti masalah sampah yang pelik dan bisa tak terkendali di Indonesia, khususnya di Bali.
Baca Juga:Breaking News, Kapal Snorkeling di Nusa Penida Meledak dan Terbakar
Dikutip Rabu (2/8/2023), laman itu menyebut bahwa penanganan sampah di Bali telah menjadi topik panas sejak lama, disusul dengan beredarnya potret sampah-sampah bertebaran di Pantai Kuta, terutama yang berwujud botol plastik, tempat makan, dan kantong kresek.
Media tersebut juga mengatakan bahwa di musim penghujan yang biasanya berlangsung pada Oktober hingga Maret, para pengunjung bisa menemukan sampah bertebaran di Pantai Kuta, Seminyak, Legian, dan Jimbaran setiap hari.
Itu seolah menjadi fenomena tahunan dengan orang-orang bisa melihat plastik dan sampah lain yang salah satunya berasal dari kapal yang terbawa ke pantai oleh angin kencang, gelombang tinggi, dan hujan deras.
Media Australia itu juga menyangkutkan masalah sampah dengan rencana penerapan pajak turis asing yang datang ke Bali.
Seperti diketahui bahwa Gubernur Bali Wayan Koster menyebut para wisatawan akan diharuskan membayar Rp150 ribu mulai 2024.
Baca Juga:Fungsi 10 Bagian Pada Rumah Adat Bali yang Perlu Diketahui
Disebut juga bahwa dana yang terkumpul akan digunakan untuk 'lingkungan, budaya, dan membangun infrastruktur yang lebih berkualitas'.