Kasus Pembuangan Bayi Baru Lahir Disebut Meningkat di NTB

Retno Yuli Wijayanti, mengatakan dari jumlah ini sebanyak empat orang dibawa untuk mendapatkan perawatan di lembaga.

Denada S Putri
Kamis, 15 Juni 2023 | 20:46 WIB
Kasus Pembuangan Bayi Baru Lahir Disebut Meningkat di NTB
Pekerja Sosial Sentra Paramita di Mataram, Retno Yuli Wijayanti. [SuaraBali.id/Buniamin]

Sementara untuk biaya perawatan bayi sebelum diadopsi, ia mengungkapkan sudah dianggarkan oleh Kementerian Sosial RI. Karena masing-masing bayi membutuhkan susu, baju dan kebutuhan lainnya yang harus dipenuhi. 

“Bayi itu butuh sandang kan. Itu sudah disiapkan oleh kami dan kami memiliki pengasuh khusus bayi,” katanya.

Saat ini sudah ada yang mengajukan permohonan untuk mengadopsi bayi-bayi yang ada di Paramita di Mataram. Namun masih ada masyarakat yang mengeluhkan proses adopsi bayi yang cukup sulit dan lama.

“Ini nggak ribet. Mungkin mereka melihat karena syaratnya banyak. Tapi karena itu buat mereka. Kita bisa melihat keseriusannya,” ungkapnya. 

Baca Juga:Kejagung Buka Peluang Usut Suami Puan Maharani dalam Kasus Korupsi BTS BAKTI Kominfo

Biaya yang dikeluarkan untuk proses adopsi kata Retno, untuk membiayai pengurusan syarat-syarat yang dibutuhkan. Misalnya seperti pengurusan SKCK, surat di rumah sakit jiwa dan persyaratan yang lainnya. 

Setelah diadopsi, pengawasan bayi tersebut sepenuhnya diserahkan ke Dinas Sosial masing-masing kabupaten dan kota.

“Ada rekomendasi yang keluarkan oleh Dinas Sosial kepada calon orang tua angkat,” katanya. 

Orang tua angkat yang boleh mengadopsi diutamakan yang belum memiliki anak atau anak satu tetapi sudah besar.

“Diberikan yang belum memiliki anak. Kalau sudah punya anak tapi satu dan sudah besar sehingga tidak ada kecemburuan,” tutupnya.

Baca Juga:Susul Johnny G Plate dkk Tersangka, Ini Peran Dirut Basis Utama Prima Yusrizki di Kasus Korupsi BTS

Kontributor: Buniamin

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak