Negara Bangkrut, Presiden Kabur, Perempuan di Sri Lanka Beralih Jadi Pekerja Seks

Sejumlah perempuan di Sri Lanka pun beralih profesi menjadi pekerja seks.

Eviera Paramita Sandi
Kamis, 28 Juli 2022 | 10:59 WIB
Negara Bangkrut, Presiden Kabur, Perempuan di Sri Lanka Beralih Jadi Pekerja Seks
Pengunjuk rasa mengibarkan bendera Sri Lanka di atas gedung Kantor Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe di tengah berlanjutnya krisis ekonomi di Kota Kolombo, Sri Lanka, Rabu (13/7/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi/wsj.

SuaraBali.id - Negara Sri Lanka kini mengalami situasi yang pelik. Kekacauan terjadi di banyak bidang semenjak negara tersebut dinyatakan bangkrut.

Bahkang sang presiden melarikan diri dan tak diketahui kapan akan kembali ke negaranya. Hal ini memicu kehidupan keras di sana terutama bagi para perempuan.

Sejumlah perempuan di Sri Lanka pun beralih profesi menjadi pekerja seks.

Media setempat,  The Morning, memberitakan bahwa para perempuan terpaksa melakukan itu demi mendapatkan makanan dan obat-obatan untuk keluarganya.

Menurut data kelompok advokasi pekerja seks setempat, Stand Up Movement Lanka (SUML), mencatat kenaikan jumlah wanita yang menjadi PSK selama waktu krisis, sekitar 30 persen.

Mereka mayoritas berasal dari industri tekstil. Ini terkait hilangnya banyak pesanan dari luar negeri, sekitar 10-20 persen, karena krisis ekonomi.

"Kami mendengar bahwa kami dapat kehilangan pekerjaan karena krisis ekonomi di negara ini. Dan solusi terbaik yang dapat kami lihat saat ini adalah pekerja seks," kata salah satu perempuan, dikutip Kamis (28/7/2022).

"Gaji bulanan kami sekitar Rs 28.000 (Rp1,1 juta) dan maksimum yang bisa kami peroleh adalah Rs. 35.000 (Rp1,4 juta) dengan lembur," tambahnya.

"Tapi melalui terlibat dalam pekerjaan seks, kami bisa mendapatkan lebih dari Rs. 15.000 (Rp624 ribu) per hari. Tidak semua orang akan setuju dengan saya, tapi inilah kenyataannya," jelas sumber itu.

Mengutip laman yang sama, perdagangan seks berkembang pesat di lokasi yang dekat Bandara Internasional Bandaranaike Kolombo.

Wilayah itu diduga berada di bawah perlindungan dan peraturan polisi, di mana banyak wanita dipaksa tidur dengan petugas oleh nyonya rumah bordil sebagai pengganti "keamanan".

Sementara laporan juga menyebutkan bahwa para wanita tersebut dipaksa untuk melakukan hubungan seks yang tidak aman atas desakan klien mulai dari akademisi hingga anggota mafia.

Mereka tidak memiliki pilihan lain karena pekerjaan di bidang pertanian juga telah menyusut tajam

"Para wanita ini sangat putus asa untuk menghidupi anak-anak mereka, orang tua atau bahkan saudara mereka dan pekerjaan seks adalah salah satu dari sedikit profesi yang tersisa di Sri Lanka yang menawarkan banyak keuntungan dan uang cepat," kata Direktur Eksekutif SUML, Ashila Dandeniya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak