Deflasi di Bali Bulan Februari Disebabkan Turunnya Harga Minyak Goreng Sampai Cabai

Bali sebelunya mencatat inflasi 1,03% (mtm). Secara spasial, deflasi terjadi di Kota Denpasar dan Kota Singaraja masing-masing sebesar -0,36% (mtm) dan -0,84% (mtm).

Eviera Paramita Sandi
Rabu, 02 Maret 2022 | 12:54 WIB
Deflasi di Bali Bulan Februari Disebabkan Turunnya Harga Minyak Goreng Sampai Cabai
Pedagang cabai di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (4/4).

SuaraBali.id - Deflasi di Bali terjadi pada bulan Februari 2022 hingga minus -0,44 persen. Hal ini dipicu karena penurunan harga komoditas minyak goreng, daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabai rawit.

Bali sebelunya mencatat inflasi 1,03% (mtm). Secara spasial, deflasi terjadi di Kota Denpasar dan Kota Singaraja masing-masing sebesar -0,36% (mtm) dan -0,84% (mtm).

Diungkapkan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho bahwa perkembangan tersebut disebabkan oleh deflasi pada seluruh komponen barang dan jasa. Dengan deflasi terdalam terjadi pada kelompok volatile food, diikuti oleh komponen administered price dan core inflation.

Juni 2021, Daging Ayam Ras hingga Cabai Merah Sumbang Deflasi Bali 0,38 Persen

“Secara tahunan, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 2,02% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,31% (yoy) dan inflasi nasional sebesar 2,06% (yoy),” ungkap Trisno Nugroho dari keterangan tertulis, Rabu (2/3/2022) seperti diwartakan kabarnusa -jaringan suara.com.

Disebutkan, komponen volatile food pada Februari 2022 mengalami deflasi sebesar -2,45% (mtm), terutama didorong oleh penurunan harga komoditas minyak goreng, daging ayam ras, telur ayam ras, dan cabai rawit.

Trisno Nugroho menejelaskan, penurunan harga minyak goreng tidak terlepas dari upaya Pemerintah dalam menjaga kestabilan harga melalui kebijakan penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang berlaku mulai 1 Februari 2022.

Untuk penurunan harga daging ayam ras dan telur ayam ras disebabkan oleh kembali normalnya permintaan pasca Tahun Baru. Sementara komponen administered price mencatatkan deflasi sebesar -0,16% (mtm), terutama disebabkan oleh turunnya tarif angkutan udara sejalan dengan normalisasi harga pasca Tahun Baru.

Lanjut Trisno Nugroho, komponen core inflation juga mengalami deflasi sebesar -0,02% (mtm), terutama disebabkan oleh turunnya harga komoditas canang sari.

Penurunan harga canang sari terjadi akibat dari normalisasi harga pasca beberapa rangkaian upacara keagamaan yang banyak berlangsung pada Januari 2022, diantaranya Hari Siwa Ratri, Saraswati, Kajeng Kliwon dan Tumpak Kandang, di samping upacara rutin Purnama dan Tilem.

“Ke depan, inflasi tahun 2022 diperkirakan akan lebih tinggi dibanding inflasi tahun 2021, namun masih dalam kisaran sasaran inflasi 3±1%,” tuturnya.

Pada Maret 2022, terjadinya Hari Raya Nyepi diperkirakan meningkatkan permintaan untuk kelompok bahan makanan dan canang sari, sehingga berpotensi menyebabkan kenaikan inflasi.

Seiring dengan semakin pulihnya permintaan masyarakat, tekanan core inflation juga diprakirakan akan meningkat secara bertahap.

Di sisi lain, tren kenaikan harga energi di pasar global diprakirakan masih menjadi sumber tekanan inflasi pada komponen administered price tahun 2022.

Bank Indonesia bersama dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah akan senantiasa memastikan ketersediaan pasokan bahan pokok dan keterjangkauan harga untuk menjaga stabilitas inflasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini