Selama di perjalanan ke Puncak Gunung Rinjani kata Ateng, ER juga tidak menyediakan tenda yang cukup. Banyak dari peserta membawa tenda pribadi.
"Ada juga peserta yang tidur di tenda pendaki lain. Kami juga kehabisan bekal dan ditelantarkan setelah turun dari Rinjani," ucapnya.
Dari simaksi yang didaftarkan ER, hanya masuk nama lima panitia. Seluruh peserta kata ER ternyata tidak masuk menggunakan tiket ke Puncak Gunung Rinjani.
Tanggal 30 Desember 2021, ER tiba-tiba turun duluan dari puncak Gunung Rinjani. Bahkan dua peserta sempat mengalami hipotermia dan kelaparan karena tidak makan selepas turun dari Puncak Gunung Rinjani.
Baca Juga:Kasus Penelantaran 75 Pendaki Gunung Rinjani Berakhir Damai
"Setalah turun, kami nebeng di warung warga. Ada juga yang mengnap di Resort Rinjani," jelas Ateng.
Padahal, jelas Ateng, panitia seharusnya menyediakan homestay selepas pendakian. Namun, karena ER tidak menyediakan homestay, 70 peserta terpaksa menginap di rumah warga.
"Iya kami terpaksa sewa tiga rumah warga untuk bermalam. Ternyata ER sibuk ngurus yang lain. Alasannya pergi ke ATM terus kabur," katanya.
Masalah lain, ternyata ER tidak pernah membayar 6 porter pembawa bekal menuju Rinjani. Sehingga para pendaki dipaksa untuk melunasi pembayaran tersebut.
"Jadi kami ditahan. Mob ditahan karena ER tidak bayar porter. Terpaksa kami yang bayar. ER kan langsung kabur," katanya.
Baca Juga:Kondisi Para Pendaki Gunung Rinjani yang Ditinggal Guide di Sembalun Memprihatinkan
Pada tanggal 31 Desember 2021, satu per satu pendaki asal Jawa Barat itu pun berhasil kembali ke rumahnya.