SuaraBali.id - Setelah dilakukan pendataan, peserta open trip Gunung Rinjani yang ditelantarkan di Sembalun, Lombok Timur oleh guide atau pemandu berinisial ER dikonfirmasi sebanyak 75 orang. Kondisi ke-75 orang tersebut kini cukup memprihatinkan.
Kepala Resort Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Wilayah Sembalun Taufikurrahman membenarkan adanya satu pendaki yang pingsan setelah ditinggal pemandu ketika turun dari Gunung Rinjani.
"Ya benar ada yang pingsan juga, pihak kami sudah bawa ke Puskesmas tadi pagi setelah dievakuasi," kata Taufik saat dikonfirmasi Suara.com pada Sabtu, (01/01/2022).
Pendaki berjenis kelamin perempuan ini lemas. Pasalnya, berdasarkan informasi yang dihimpun, peserta pendakian mengalami kelaparan dan dehidrasi akibat pelayanan yang tidak maksimal dari penyedia jasa yang kini masih menghilang dan dilakukan pencarian.
Baca Juga:Air PDAM Kotor Dan Berbau, Warga di Lombok Timur Terpaksa Beli Air per Tangki Rp 500 Ribu
"Kita akan berkoordinasi terlebih dahulu, kita akan evaluasi mekanismenya nanti, supaya hal serupa tidak terulang lagi.
Diketahui, kartu identitas para korban yang sebelumnya dibawa kabur pelaku kini telah dikembalikan. Namun, pelaku atau guide berinisial ER kini masih dilakukan pencarian.
Catatan BTNGR
Pihak BTNGR dengan komunitas pendaki di Lombok telah melakukan koordinasi dengan Bandara Internasional Lombok (BIL) dan juga Pelabuhan agar memperketat pos penjagaan. Pelaku ER kini diyakini masih berada di Lombok.
Sementara itu, terpisah, Riyal, salah seorang pegiat komunitas pendaki asal Sembalun memberikan catatan terjadap BTNGR terhadap kasus ini.
Baca Juga:Bandara Lombok Bakal Naikkan Tarif Parkir Kendaraan Per Januari 2022
"Semoga pengelola BTNGR melakukan evaluasi terkait mereka yang biasa mengorganize Open trip ke Rinjani, jangan sampai hal serupa terulang kembali karena hanya akan membahayakan pendaki dan mencoreng nama baik Rinjani. Daripada membuat repot dan memunculkan masalah, Lebih baik untuk open trip diterapkan pembatasan jumlah peserta pendaki dan jumlah minimal porter yang mendampingi ditentukan sehingga wisatawan aman," kata Riyal melalui keterangan tertulis.
Ia juga menyoroti serius kasus tersebut. Menurutnya, jumlah 75 peserta pendakian terlalu banyak jika hanya diurusi oleh 4 orang porter saja.
"Tamu ini pingsan karena kehabisan bekal, rombongan ini berangkat dari jakarta berjumlah 75 orang. Porter yang menemani mereka hanya 4 orang. Bayangkan, 75 orang di temani 4 orang porter jelas akan menimbulkan masalah. Apalagi info ke para pendaki tidak detail dan cenderung sembarangan sehingga membuat para pendaki mengentengkan perjalanan mereka," ujarnya.
"Tamu ini pingsan dan tidak sadarkan diri setelah 1,5 hari tidak makan sehingga membuat badannya lemas," lanjutnya.
Ia menghimbau bagi para pendaki yang hendak melakukan pendakian ke Gunung Rinjani agar lebih selektif dalam memilih jasa open trip.
Jasa open trip memang menjadi tren saat ini. Dan kesalahan memilih jasa tersebut, kata Riyal, dapat meninggalkan pahit cerita sedih bagi para wisatawan, tidak hanya pendaki para pelaku service pun sering tertipu.
Mulai dari porter yang tidak dibayar, sampai pada akomodasi penginapan pun juga ada yang tidak dibayar oleh Tour leader yang membawa mereka ke Rinjani.
"Hati-hati ketika anda berencana mendaki Gunung Rinjani, harus selektif dalam menerima informasi. Salah info, dan tergoda dengan harga yang super murah bahkan tidak masuk diakal akhirnya risiko ditanggung sendiri dan dapat membahayakan nyawa anda.
Kontributor : Lalu Muhammad Helmi Akbar