Merajut Harmoni Dan Menuai Damai Hindu-Islam di Ponpes Bali Bina Insani Tabanan

Meskipun berbeda agama, antara guru dan murid di sekolah ini menerapkan toleransi yang sangat kuat sejak baru berdiri.

Eviera Paramita Sandi
Rabu, 20 Oktober 2021 | 11:10 WIB
Merajut Harmoni Dan Menuai Damai Hindu-Islam di Ponpes Bali Bina Insani Tabanan
Ponpes Bali Bina Insani , Foto : Suara Bali / Putu Sastra Putra

Satu dari 16 guru Hindu di Ponpes ini menceritakan, dirinya selama ini sangat nyaman memberikan pembelajaran kepada anak-anak di Ponpes. Hal itu disebabkan oleh karena toleransi yang begitu tinggi tetap terjaga sejak awal hingga sekarang dan juga diharapkan seterusnya.

“Selama 17 tahun saya mengajar di Ponpes Bali Bina Insani ini sebagai Guru Mapel Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),” katanya.

Ni made Suardani mengaku awal mengajar di Ponpes ini memang agak canggung karena menggunakan pakaian yang berbeda. Dari waktu ke waktu, ia kemudian menyesuaikan diri dengan lingkungan Pondok ini.

Bahkan, anak-anak di Ponpes diakui sangat terbuka terbukti dengan penghormatan yang dilakukan kepada gurunya terutama guru Non-Muslim.

“Kami di sini toleransinya sangat kuat. Karena sejak awal hingga sekarang selalu rukun dan terbuka kemudian juga saling menghargai. Salah satu contohnya adalah ketika siswa yang sangat hormat kepada gurunya tanpa mebeda-bedakan agama. Mereka itu tidak pernah membedakan kami sebagai guru yang non-muslim, bahkan jika bertemu mereka salim tangan seperti guru lainnya. Jadi penerapan toleransi sangat tinggi di pondok ini,” ungkapnya.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Kepala Biro Sumber Daya Manusia (SDM) Ponpes Bali Bina Insani, Yuli Saiful Bahri. Bahwa, salah satu guru yakni Ni Made Suardani memang sudah mengajar sejak bujangan atau baru lulus kuliah.

Bahkan hingga saat ini, Ni Made Suardani merupakan satu-satunya guru Hindu pertama yang masuk proses sertifikasi. Hingga saat ini, total ada 16 guru Hindu yang mengajar di Ponpes Bali Bina Insani ini.

Hari Besar Agama Hindu, Ponpes Tiadakan Pembelajaran

Pendiri ponpes, I Ketut Immaduddin Djamal menuturkan, untuk menghormati saudara Hindu saat merayakan hari raya keagamaan, kegiatan pembelajaran dihentikan alias diliburkan.

Hal ini sudah dilakukan sejak turun temurun untuk menghormati komunitas Hindu di Bali khususnya Desa Meliling. Kegiatan yang diliburkan seperti pada hari Raya Galungan, Kuningan, Nyepi dan hari Libur keagamaan lainnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak