Merajut Harmoni Dan Menuai Damai Hindu-Islam di Ponpes Bali Bina Insani Tabanan

Meskipun berbeda agama, antara guru dan murid di sekolah ini menerapkan toleransi yang sangat kuat sejak baru berdiri.

Eviera Paramita Sandi
Rabu, 20 Oktober 2021 | 11:10 WIB
Merajut Harmoni Dan Menuai Damai Hindu-Islam di Ponpes Bali Bina Insani Tabanan
Ponpes Bali Bina Insani , Foto : Suara Bali / Putu Sastra Putra

Toleransi yang dijunjung tinggi di pondok ini sangat diapresiasi hingga akhirnya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi memberikan apresiasi atau hadiah yakni nama Tolerance Boarding School termasuk plakatnya.

“Saat itu Bu Dani  yang merupakan salah satu guru Hindu di sini memberikan testimoni selama mengajar di Ponpes ini. Dan salah satu hal yang paling diingat adalah bahwa Bu Dani ini tidak perlu menggunakan pakaian yang digunakan selayaknya umat muslim (jilbab) oleh pendiri kami H. I Ketut Djamal ini. Dan hal ini membuat mereka jatuh cinta dengan kami di sini,” kenangnya.

Pengaruh Bom Bali 12 Oktober 2002

Peristiwa Bom Bali I yang terjadi pada 12 Oktober 2002 silam menjadi momen yang terlupakan untuk masyarakat Bali pada umumnya. Selain itu, secara umum seluruh pondok pesantres yang ada termasuk Bali Bina Insani juga terkena dampaknya.

Pada saat itu, banyak warga atau masyarakat sekitar yang mulai mempertanyakan keberadaan ponpes ini. Apalagi Bali Bina Insani berdiri di lingkungan yang sangat kental dengan budaya dan adat istiadat Hindu Bali.

Namun hal itu tak berlangsung lama karena masyarakat sekitar yang memang sudah percaya bahwa hal tersebut jauh dari apa yang diterapkan Ponpes Bali Bina Insani.

“Pengaruhnya tentu sangat berat. Selain diterjang secara ekonomi, memang ada warga sekitar yang bertanya ke kami karena terprovokasi dengan peristiwa itu. Tapi pada akhirnya temen Hindu sendiri juga yang menyadarkan,” terangnya.

Tradisi Khusus Saat Hari Raya Hindu Maupun Islam

17 tahun mengajar di Bali Bina Insani, Ni Made Suardani juga menuturkan, toleransi yang tinggi ini tidak hanya diterapkan pada lingkungan pondok melainkan semua kalangan. Terutama ketika ada acara adat Hindu di lingkungan sekitar, dari pihak pondok akan datang berkunjung untuk membantu dan sebagainya.

Begitu juga sebaliknya, ketika ada kegiatan di pondok misalnya hari besar keagamaan, masyarakat sekitar juga diundang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak