Wisata Bali: Ikut Larangan Mudik, Sebaiknya Lokasi Berperjalanan Ditutup

Berikan insentif dan tutup destinasi wisata agar kebijakan larangan mudik tidak terkesan setengah-setengah.

RR Ukirsari Manggalani
Minggu, 18 April 2021 | 05:15 WIB
Wisata Bali: Ikut Larangan Mudik, Sebaiknya Lokasi Berperjalanan Ditutup
Ilustrasi destinasi wisata Bali (pixabay)

SuaraBali.id - Sosiolog Universitas Udayana, Bali Wahyu Budi Nugroho mengatakan sebaiknya tempat wisata juga ditutup bersamaan dengan larangan mudik Lebaran tahun ini yang berlaku mulai 6 hingga 17 Mei 2021, agar kebijakan itu tidak terkesan setengah hati.

"Sebaiknya tempat wisata juga ditutup bersamaan dengan tenggang waktu larangan mudik sehingga kebijakan untuk mencegah naiknya kasus Covid-19 tidak terkesan setengah-setengah," papar sosiolog Unud, Wahyu Budi Nugroho saat dikonfirmasi di Denpasar, Bali, Sabtu (17/4/2021), seperti dikutip dari kantor berita Antara.

Ia mengatakan jika dalam penerapan kebijakan larangan mudik terjadi penolakan, dan wisata ditutup, pemerintah bisa memberikan bantuan bagi pelaku industri seperti pemberian insentif bagi sektor jasa transportasi.

"Bisa jadi yang paling menolak kebijakan ini adalah pelaku bisnis pariwisata (jika wisata ditutup) dan sempat ada wacana pemerintah memberikan insentif bagi sektor jasa transportasi. Pemerintah juga bisa memberikan bantuan untuk pelaku industri pariwisata supaya resistennya tidak terlalu keras," jelas Wahyu Budi Nugroho.

Selain kebijakan larangan mudik, moda transportasi juga diminta tidak beroperasi selama 6 sampai 17 Mei 2021, untuk menekan penyebaran Covid-19. Situasi juga akan memberikan pengaruh yang signifikan bagi jasa transportasi.

"Tetapi kemarin ada wacana yang cukup baik dari pemerintah untuk memberikan insentif bagi sektor jasa ini guna mengurangi kerugian atau berkurangnya pemasukan akibat larangan mudik," lanjut Wahyu Budi Nugroho.

Ia mengatakan larangan mudik diperkirakan akan sulit terealisasi karena adanya faktor budaya dan tradisi yang kuat. Kata dia, sudah menjadi kebiasaan bahkan budaya dalam masyarakat kita untuk berkumpul bersama keluarga besar pada hari-hari besar keagamaan.

"Namun, pada masa pandemi ini, masyarakat harus terus dirasionalkan dan diingatkan bahwa pulang ke kampung halaman, apalagi menggunakan kendaraan umum, sangatlah berisiko," imbau Wahyu Budi Nugroho.

Menurutnya, tidak wajar jika masa pandemi ini masih ada yang nekat untuk mudik, karena kasus Covid-19 di Tanah Air masih fluktuatif, bahkan belum pernah berkurang secara signifikan.

"Jika kita melihat kasus di negara-negara lain yang justru kembali mengalami kenaikan, Jerman misalkan, baru saja kembali melakukan kebijakan lockdown," pungkas Wahyu Budi Nugroho.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini