5 Cara Tentukan Awal Ramadhan di Indonesia, Bisa Pakai Perhitungan Jawa

Indonesia adalah negara beragam suku bangsa dan agama.

Pebriansyah Ariefana
Senin, 12 April 2021 | 17:14 WIB
5 Cara Tentukan Awal Ramadhan di Indonesia, Bisa Pakai Perhitungan Jawa
Pemantauan hilal di Masjid Al Mahbrur, Surabaya. (Suara.com/Dimas).

SuaraBali.id - Ada 5 cara tentukan awal Ramadhan di Indonesia. Salah satunya dengan cara tradisional atua lokal, yaitu perhitungan Jawa.

Indonesia adalah negara beragam suku bangsa dan agama. Bahkan dalam penentuan awal Ramadhan 1442 H bisa berbeda. Salah satunya jamaah An-Nazir di Gowa, Sulawesi Selatan telah menggelar musyawarah dan menetapkan awal puasa dilaksanakan pada Minggu 11 April 2021 kemarin

Penentuan awal Ramadan ini dilakukan jemaah An-Nazir setelah mengamati perjalanan bulan. Lalu jamaah tarikat Naqsabandiyah di Deli Serdang, Sumatera Utara, pada Minggu malam sudah melaksanakan ibadah salat tarawih.

Mereka menggunakan hisab Qomariah dan mantap menetapkan awal Ramadan 1442 H jatuh pada Senin 12 April 2021.

Baca Juga:Mudik Dilarang, Kebutuhan Pokok Selama Ramadhan di Jabodetabek Naik

Selain itu, sebagian umat muslim di Sumenep, Madura, Jawa Timur juga sudah menetapkan Ramadan ini jatuh lebih awal. Keputusan ini didasarkan hisab yang mereka lakukan turunan dari para sesepuh mereka sejak puluhan tahun silam.

Mereka menggunakan perhitungan Tarikh Al Arabi yang disahkan di masa Sayyidina Umar. Mereka menyebut, Ramadan pasti 30 hari.

Berikut 5 cara tentukan 1 Ramadhan di Indonesia:

1. Mengamati bulan

Metode pertama, yakni mengamati bulan, atau yang dikenal dengan istilah Rukyatul Hilal. Cara inilah yang digunakan Nabi Muhammad SAW. Aktifitas pengamatan sendiri berkutat pada visibilitas hilal berupa bulan di kaki langit yang tampak pertama kali setelah matahari terbenam menjelang pergantian bulan.

Baca Juga:Ada Bencana Alam Jelang Ramadhan, Maruf Amin Ajak Masyarakat Bersabar

Dulu, hilal mudah terlihat karena belum banyak polusi jadi langit sangat cerah dan mudah diaplikasikan.

2. Amati pasang surut air laut

Cara selanjutnya adalah mengamati pasang surut air laut. Pasang air laut yang tertinggi adalah pasang laut yang ketika terjadinya Ijtima atau bulan baru, inilah yang dijadikan pedoman pasang surut air laut dalam menetapkan awal bulan baru termasuk Ramadan.

3. Hisab atau perhitungan

Metode ini diadopsi organisasi keagamaan Muhammadiyah yang sejak awal menetapkan awal dan akhir Ramadan berdasarkan perhitungan bulan atau hari. Menggunakan cara ini cenderung lebih mudah karena tidak perlu mengamati air laut dan bentuk bulan di langit.

4. Hisab Imkan Rukyat

Metode ini dianggap sebagai jalan tengah antara pendapat hisab dan Rukyatul Hilal. Di mana setelah melihat hilal dalam batas angka minimun tertentu, baik dari perhitungan maupun pengamatan, kemudian diterjemahkan dalam bentuk angka.

5. Perhitungan Jawa

Perhitungan ini juga dikenal dengan istilah hisab aboge. Perhitungan ini adalah sistem perhitungan pertama kali yang digunakan di Indonesia.

Sebelum Islam masuk ke Indonesia di Pulau Jawa berlaku kalender Hindu. Tetapi sejak masuknya Islam kalender Saka kemudian dipadukan dengan kalender Hijriah.

Metode Aboge dalam menetapkan bulan Ramadan masih digunakan oleh mayoritas penganut kelender Jawa Islam. Keadaan di atas tentu saja membuat perhitungan Ramadan sering berbeda dengan penetapan Pemerintah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini