SuaraBali.id - Jumlah pengguna Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di NTT mencapai 310 ribu orang pada triwulan I 2025 dan tumbuh 30,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 305,6 ribu pengguna.
Namun di satu wilayah NTT tepatnya Sabu Raijua, penggunanya hanya kurang dari 1 persen.
Berdasarkan catatan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Timur pengguna QRIS saat ini meningkat karena hasil dari percepatan digitalisasi sistem pembayaran yang terus didorong oleh Bank Indonesia bersama mitra strategis.
“Pertumbuhan QRIS ini tidak hanya mencerminkan perubahan perilaku masyarakat dalam bertransaksi, tetapi juga keberhasilan edukasi digital di berbagai lapisan, termasuk pelaku UMKM,” kata Ekonom Bank Indonesia NTT, Teguh Ersada Natail Sitepu di Kupang, Kamis, (29/5/2025).
Selain peningkatan jumlah pengguna, jumlah merchant yang menerima pembayaran melalui QRIS juga mengalami lonjakan.
Pihaknya mencatat pada triwulan I 2025 tercatat sebanyak 271 ribu merchant, naik 40,9 persen dari tahun 2024 yang berjumlah 257,7 ribu merchant.
BI NTT juga menargetkan target merchant hingga akhir tahun 2025 sebanyak 290,3 ribu.
Lebih lanjut, kata dia, jumlah transaksi QRIS sepanjang triwulan I 2025 mencapai 5,5 juta transaksi, atau 20,6 persen dari total target tahun 2025 sebesar 26,5 juta transaksi.
Sepanjang tahun 2024, total volume transaksi QRIS mencapai 22,4 juta transaksi.
Baca Juga: Populasi Komodo Menurun di Tahun 2024, Ini Kata Balai TNK
Berdasarkan catatannya pengguna QRIS tertinggi di NTT saat ini adalah Kota Kupang, yang menyumbang sekitar 23 persen dari total pengguna QRIS di provinsi tersebut.
Sedangkan pengguna QRIS terendah tercatat di Kabupaten Sabu Raijua, dengan kontribusi kurang dari 1 persen.
Ia menilai ada peningkatan transaksi non-tunai ini sejalan dengan penurunan outflow uang kartal di wilayah NTT, serta peningkatan transaksi e-commerce yang tumbuh lebih dari 61 persen (yoy).
“Ke depan, kami akan terus mendorong perluasan adopsi QRIS di seluruh wilayah NTT, termasuk daerah kepulauan, agar manfaat ekonomi digital dapat dirasakan lebih merata,” pungkas Teguh.
Dia juga menilai bahwa untuk terus meningkatkan pertumbuhan QRIS di NTT kapasitas UMKM dan pelaku usaha sektor riil perlu terus ditingkatkan, agar dapat menangkap peluang dari ekosistem pembayaran digital secara maksimal.
BI kini melakukan berbagai upaya agar pelaku UMKM tak hanya menjadi pengguna, tetapi juga penggerak utama ekosistem digital daerah.
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- 5 Rekomendasi Bedak Waterproof Terbaik, Anti Luntur Saat Musim Hujan
Pilihan
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
-
Toba Pulp Lestari Dituding Biang Kerok Bencana, Ini Fakta Perusahaan, Pemilik dan Reaksi Luhut
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
Terkini
-
5 SUV Paling Laris Akhir 2025: Dari Hybrid Canggih Sampai Harganya 200 Jutaan
-
7 Jenis Heels Populer Bikin Kakimu Jenjang dan Elegan
-
5 Maskara Andalan Bikin Mata Hidup Maksimal
-
Eropa Kekurangan Tenaga Produktif, Ini Syarat Agar Anda Bisa Jadi Pekerja Migran
-
Santunan dan Pemulangan Jenazah WNI Korban Kebakaran Hongkong Ditanggung Pemerintah