Scroll untuk membaca artikel
Eviera Paramita Sandi
Kamis, 27 Juni 2024 | 18:11 WIB
Petani kakao Ketut Sumarna di Jembrana, Bali menunjukkan kakao miliknya di sebuah kebun. [ANTARA/Gembong Ismadi]

SuaraBali.id - Petani kakao di Jembrana, Bali, bergembira menyambut harga kakao yang menembus rekor tertinggi, mencapai Rp150 ribu per kilogram. Kenaikan harga ini disambut antusias oleh para petani, yang berharap dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

I Ketut Sukarta, seorang petani kakao dari Desa Pulukan, Kecamatan Pekutatan, mengungkapkan bahwa ini adalah harga tertinggi yang pernah dia temui selama 20 tahun menjadi petani kakao.

Dia berharap harga ini akan bertahan lama agar para petani dapat hidup lebih sejahtera.

Melonjaknya harga kakao ini dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya adalah permintaan pasar yang meningkat sementara ketersediaan kakao terbatas.

Baca Juga: Bedanya Kopi Bali Dibanding Kopi Lainnya, Catatan Rasa Ini yang Membedakan

Hal ini diperparah dengan anjloknya produksi kakao di Ghana dan Pantai Gading, dua negara penghasil kakao terbesar di dunia, karena perubahan iklim dan serangan virus.

Selain itu, naiknya nilai tukar dolar AS terhadap rupiah juga turut mendorong kenaikan harga kakao.

Meskipun harga kakao sedang tinggi, petani diimbau untuk tetap menjaga kualitas hasil panen mereka, terutama dengan melakukan fermentasi pada biji kakao. Kakao fermentasi dari Jembrana memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dan diminati oleh produsen coklat di dalam dan luar negeri.

Kenaikan harga kakao ini membawa angin segar bagi para petani di Jembrana, yang sebelumnya sempat enggan menanam kakao karena harga yang rendah.

Kini, minat mereka untuk menanam kakao kembali muncul, dan Pemkab Jembrana pun memberikan perhatian khusus terhadap komoditi ini dengan membangun pabrik pengolahan coklat di daerah tersebut. (ANTARA)

Baca Juga: Bergabung Dengan Bali United, Mitsuru Maruoka Janji Kerja Keras Setiap Hari

Load More