SuaraBali.id - Reputasi yang dimiliki Bali sebagai destinasi wisata internasional yang dikunjungi jutaan wisatawan setiap tahunnya memang tak diragukan.
Namun, reputasi itu nampak bertolak belakang dengan kesejahteraan sebagian pelajar yang masih memerlukan uluran lebih untuk meraih media pendidikan dan literasi.
Kabupaten Karangasem adalah daerah yang mencakup areal paling timur di Bali.
Pada kabupaten yang menyokong Gunung Agung yang merupakan gunung tertinggi di Bali itu juga menyokong harapan tinggi yang dimiliki anak-anak di sana.
Baca Juga:Fipper Rayakan Pembukaan Gerai di Kuta Square Bali dan Raih Penghargaan ASEAN
Harapan itu coba bantu diwujudkan oleh I Komang Sukayasa, seorang pegiat literasi yang berusaha membantu anak-anak di Karangasem untuk memperoleh literasi.
Sejak 2010 dia berupaya perlahan namun pasti untuk memberi anak-anak di sana buku untuk dibaca.
Sukayasa tidak memiliki sekolah atau tempat khusus, melainkan akan membawakan tas ransel berisi buku-buku untuk dibaca.
Sejak dimulai, dia sudah melakukan upaya itu ke sejumlah titik di Kecamatan Kubu, daerah paling utara di Kabupaten Karangasem.
Di daerah-daerah tersebut, Sukayasa juga menemukan fenomena ketika anak-anak sekolah dari SD hingga SMP masih ada yang belum lancar membaca.
Baca Juga:Negaranya Perang, Tapi WNA Rusia Dan Ukraina Jadi Partner In Crime Narkoba di Bali
“Secara fenomena yang ada di lapangan, itu masih ada anak-anak yang belum bisa membaca. Kalau kami saja yang bergerak di lapangan jelas tidak begitu banyak yang bisa kami tuntaskan,” ujarnya saat ditemui di Kuta, Kabupaten Badung, Selasa (22/7/2025).
Namun demikian, usahanya tetap disambut antusiasme dari anak-anak di sana.
Daerah yang didatanginya memang cukup terpelosok. Tapi, kondisi itu justru membantunya dalam tugasnya.
Dia menceritakan jika anak-anak di Kecamatan Kubu menganggap buku layaknya mainan baru yang digandrungi.
Nihilnya sinyal internet di sana menjadikan anak-anak di sana jauh dari kecanduan gawai. Apa lagi, tidak semua anak di sana memiliki ponsel untuk dimainkan.
Namun, sulitnya memperoleh buku juga menjadi masalah yang nyata, sampai menurutnya anak-anak di sana baru bisa membaca ketika dibawakan buku oleh Sukayasa.