Perayaan maleman di dusun Ombe ini disebut sebagai maleman selikur atau malam ke 21.
"Kita biasanya menyebutnya dengan Maleman selikur kalau di sini. Perayaan maleman ini di dusun-dusun lain berbeda-beda. Namun tetap mengacu ke malam ganjil," tegasnya.
Selain itu alasan dilakukannya penerangan dengan Dile Jojor adalah karena orang dulu selalu akan mengantarkan zakat fitrah.
Zaman dulu tak seperti sekarang yang banyak diterangi listrik. Maka lampu Jojor jadi andalan.
Baca Juga:MinyaKita NTB Diduga Kurang Takaran: Polisi Bergerak
Pada perayaan maleman ini masyarakat di Dusun Ombe menyalakan Dile Jojor atau lampu jojor.
Dile jojor ini terbuat dari buah jamplung atau kemiri yang disangrai hingga mengeluarkan minyak kemudian dicampur dengan kapas.
Proses selanjutnya yaitu dililitkan di bambu yang sudah dibelah kecil.
Mirip dengan obor.
Tradisi Dile Jojor ini merupakan rangkaian dari peringatan malam Nuzulul Qur'an di masjid.
Baca Juga:Shalat Tarawih Ala Masjidil Haram di Islamic Centre NTB, Ini Jadwal Para Imam Timur Tengah
Sebelum menyalakan dile jojor, masyarakat biasanya menggelar dzikiran dan makan bersama dalam atau roah di masjid setelah sholat Magrib.