Asal-usul Imlek di Bali Juga Disebut Galungan Cina

Imlek di Bali disebut "Galungan Cina" karena akulturasi budaya Hindu-Tionghoa. Umat Hindu ikut merayakan dengan sembahyang bersama di klenteng

Eviera Paramita Sandi
Rabu, 29 Januari 2025 | 12:04 WIB
Asal-usul Imlek di Bali Juga Disebut Galungan Cina
Suasana Griya Kongco Dwipayana, Denpasar pada Rabu (29/1/2025) (suara.com/Putu Yonata Udawananda)*

Tak hanya terkait dengan spiritualitas, tetapi juga cuaca yang biasanya melibatkan angin ribut dan hujan deras saat perayaan Imlek.

Beberapa warga Hindu Bali bahkan mengaitkan cuaca ekstrem tersebut dengan perayaan "Galungan Cina," yang mereka anggap mirip dengan perayaan Galungan, hari raya besar umat Hindu di Bali.

Sejarah adanya penyebutan Galungan Cina saat Imlek ini berawal dari zaman Orde Baru, dimana perayaan Tahun Baru Imlek dilarang oleh pemerintah melalui Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, yang membatasi segala hal yang berhubungan dengan kebudayaan Tionghoa.

Akibatnya, masyarakat Bali sering menggunakan istilah "Galungan Cina" sebagai cara untuk merayakan Imlek secara tidak terbuka.

Baca Juga:Berkah Imlek, UMKM Kue Teratai di Bali Kebanjiran Pesanan

Akan tetapi setelah hal tersebut dicabut pada tahun 2000 oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Imlek kembali dirayakan dengan bebas oleh masyarakat Tionghoa.

Bagi banyak orang Bali, istilah "Galungan Cina" terasa lebih akrab dan lebih mudah diterima oleh budaya setempat.

Penjor, tamiang, endongan, dan sampian gantung—unsur-unsur yang juga digunakan dalam perayaan Galungan dan sering ditemukan dalam perayaan Imlek, sehingga keduanya menjadi lebih serupa di mata masyarakat Bali.

Dengan segala akulturasi budaya yang ada, perayaan Imlek atau "Galungan Cina" di Bali kini menjadi momen yang memperkuat ikatan antarumat beragama dan antarbudaya di Pulau Dewata.

Baca Juga:Kawasan Mewah Nusa Dua Panen Tamu di Momen Libur Imlek

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak