SuaraBali.id - Potensi penyebaran virus Monkeypox atau cacar monyet saat ini juga tengah jadi perhatian bagi Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Apalagi setelah ditemukannya satu kasus suspect di Sumbawa.
Pemprov NTB pun mulai meningkatkan upaya pencegahan penyebaran virus dengan memperketat pengawasan jalur masuk orang ke provinsi itu.
"Kami perkuat di pintu-pintu masuk, terutama antisipasi untuk perjalanan dari luar negeri," kata Kepala Dinas Kesehatan NTB Lalu Hamzi Fikri, Jumat (30/8/2024).
Menurutnya sudah ada satu kasus suspek Mpox di Pulau Sumbawa, namun hasil pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan pasien itu negatif.
Baca Juga:Jelang MotoGP, Bandara Lombok Menambah 3 Rute Penerbangan Domestik
Pasien ini sudah diperiksa menggunakan PCR dan diagnosa menggunakan whole-genome sequencing. Dia memiliki gejala hampir mirip dengan Mpox, seperti demam dan muncul ruam atau lesi kulit.
Namun per 25 Agustus 2024, pasien tersebut dinyatakan negatif Mpox dan hanya mengidap penyakit cacar air biasa.
Kendati demikian, pihaknya mengaku akan tetap waspada dan mengajak masyarakat untuk proaktif bila melihat berbagai gejala serupa dan mengikuti langkah-langkah yang dianjurkan.
"Hal terpenting adalah antisipasi. Kebersihan sanitasi harus tetap kita lakukan, seperti cuci tangan dengan sabun, menjaga imunitas tubuh, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan," ujarnya.
Lebih lanjut, dia menyampaikan bila ditemukan gejala, pasien akan mendapatkan terapi simtomatis. Pengobatan itu untuk mengurangi keluhan tanpa melihat penyakit utama yang menyebabkan keluhan tersebut timbul.
Baca Juga:Dua Paslon Wali Kota Akan Saling Kejar Daftar di Hari Terakhir Pilkada Mataram
Pemerintah NTB memperkuat pengamatan yang sistematis dan terus menerus atau surveilans untuk menangkal penyebaran penyakit Mpox ke wilayah Nusa Tenggara Barat.
"Kalau sudah ada gejala dan gejala itu dominan dikatakan petugas kesehatan, kami melakukan isolasi terhadap pasien. Isolasi bisa mandiri dan bisa dilakukan di rumah sakit yang tersedia fasilitas isolasi," kata Fikri.
Seperti diketahui, pada 14 Agustus 2024, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendeklarasikan penyakit Mpox sebagai darurat kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia.
Selama 30 Juni sampai 17 Agustus 2024, kasus Mpox di seluruh dunia tercatat lebih dari 25 ribu kasus yang tersebar di berbagai belahan dunia, seperti Afrika, Eropa, Asia Pasifik, maupun Asia Tenggara.
Direktorat Surveilans Kekarantinaan Kesehatan Kementerian Kesehatan menyebut angka estimasi kasus konfirmasi global mencapai 99.176 kasus dan 208 kematian dalam rentang tahun 2022 hingga Juni 2024.
Di Indonesia, kasus Mpox pertama kali ditemukan pada 20 Agustus 2022, sebanyak satu kasus dan kini menjadi 88 kasus terkonfirmasi. Mayoritas kasus ditemukan di Pulau Jawa dan kini seluruh kasus telah dinyatakan sembuh.
Para penderita Mpox di Indonesia mayoritas adalah laki-laki sebanyak 96,5 persen atau 85 kasus. Dari total kasus yang ada itu sebanyak 60 persen atau 53 kasus terjadi pada laki-laki berhubungan seksual dengan laki-laki, lalu 70,5 persen atau 62 kasus dengan mayoritas penularan melalui kontak seksual. (ANTARA)