SuaraBali.id - Bukan hanya suling, Bali memiliki banyak alat musik tradisional yang bahan dasarnya terbuat dari bambu, salah satunya yaitu Calung Bungbung.
Sedikit kurang familiar memang, alat musik ini awalnya dimainkan oleh masyarakat pedesaan sebagai penghibur diri.
Biasanya dimainkan oleh para remaja ataupun pria dewasa di sela mengolah sawah. Namun alat musik ini seringkali dimainkan pada waktu malam hari, tepat di saat bulan purnama.
Kenapa begitu? Iya, alasannya cukup simpel, karena agar padi tidak diserang hama.
Baca Juga:Asal Usul Alat Musik Bali Genggong, Dibuat Oleh Gajah Mada Saat Istirahat
Pasalnya, alat musik ini dipercaya dapat menghibur Dewi Sri (Nyi Pohaci) dan bisa melindungi padi dari serangan hama.
Melansir dari laman resmi Budaya Indonesia, Calung bungbung dibuat dari bambu gomong berukuran panjang dengan diameter besar dan tiap-tiap bambu berdiri sendiri.
Kini Calung Bungbung sering digunakan dalam berbagai seni pertunjukan, terutama pertunjukan helatan untuk menyambut tamu.
Sementara itu, cara memainkan calung bungbung adalah dipukul dengan sepasang palu yang terbuat dari kayu.
Untuk diketahui, alat musik Calung sendiri sebenarnya berasal dari Jawa Barat. Alat musik ini diyakini adalah cikal bakal lahirnya angklung.
Baca Juga:Projo ke Prabowo Subianto, Basis Pendukung Jokowi di Bali Juga Akan Berbelok?
Kata Calung berasal dari bahasa Sunda yaitu carang pring wulung (pucuk bambu wulung), ada pula yang mengartikannya dengan dicacah melung-melung (dipukul berbunyi nyaring) yang akhirnya memberikan nama pada alat musik ini.
Kontributor : Kanita