Jamur Langka Termahal Kedua di Dunia Tumbuh di Gunung Rinjani

Jamur morel merupakan hasil hutan bukan kayu yang telah mendatangkan devisa cukup tinggi di China, Amerika Utara, India, Turki dan Pakistan

Eviera Paramita Sandi
Senin, 07 November 2022 | 08:23 WIB
Jamur Langka Termahal Kedua di Dunia Tumbuh di Gunung Rinjani
Jamur morel (marchella spp). ANTARA

SuaraBali.id - Jamur morel (marchella spp) merupakan plasma nutfah langka yang tumbuh di dalam kawasan Gunung Rinjani, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Dikutip dari laman resmi Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, jamur morel merupakan spesies jamur edible sebagai komoditas bernilai tinggi di pasaran internasional.

Jamur morel merupakan hasil hutan bukan kayu yang telah mendatangkan devisa cukup tinggi di China, Amerika Utara, India, Turki dan Pakistan. Nilai komersial morel secara tahunan di Amerika Utara sekitar 5 juta-10 juta Dolar Amerika Serikat (USD).

Di China dalam lima tahun terakhir, ekspor morel sekitar 181-900 ton dengan harga ekspor morel sekitar 160 USD per kilogram.

Baca Juga:Alat Musik Tradisional Selober Lombok, Dimainkan Untuk Menyatakan Cinta

Sedangkan di India, dan Pakistan, ekspor morel liar dari Himalaya sebanyak 50 ton per tahun nilainya Rs 14,000-15,000 per kilogram.

"Jamur itu sudah diteliti pada 2017 dan masih terus dilanjutkan penelitiannya sampai sekarang," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) Dedy Asriady, Minggu (6/11/2022).

Ia pun mengajak masyarakat NTB, khususnya di Pulau Lombok, untuk mengenal dan menjaga kelestarian plasma nutfah langka yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, yakni jamur morel.

Jamur morel yang tergolong hanya bisa tumbuh di daerah tropis tertentu itu pertama kali ditemukan oleh Teguh Rianto, salah seorang pegawai BTNGR.

Penemuan jenis jamur termahal kedua di dunia tersebut hanya secara kebetulan ketika melakukan patroli di dalam kawasan taman nasional pada 2009.

Baca Juga:Pantai Gerupuk Lombok Tengah Alami Abrasi

Dedy mengatakan upaya penelitian terus dilakukan dengan tujuan agar jamur tersebut bisa dibudidayakan oleh masyarakat di lingkar Gunung Rinjani sehingga plasma nutfah itu bisa memberikan dampak ekonomi serta kelestariannya di alam tetap terjaga.

Penelitian ini mulai dilakukan sejak tahun 2017 di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani, tepatnya di Desa Senaru, yang merupakan salah satu jalur resmi pendakian di Kabupaten Lombok Utara.

Berdasarkan hasil uji DNA morel yang ada di Rinjani merupakan spesies Morchella crassipes, satu-satunya morel yang ditemukan pertama di hutan tropis Indonesia.

"Sampai sekarang, penelitian masih terus dilakukan agar plasma nutfah langka yang harganya cukup mahal itu bisa dibudidayakan oleh masyarakat di lingkar Gunung Rinjani," katanya. (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak