32 Anak Tewas di Tragedi Stadion Kanjuruhan, Indonesia Jadi Sorotan Dunia

Sepak bola Indonesia kini disorot usai meletusnya kericuhan di laga Arema FC vs Persebaya Surabaya.

Eviera Paramita Sandi | Arief Apriadi
Selasa, 04 Oktober 2022 | 09:17 WIB
32 Anak Tewas di Tragedi Stadion Kanjuruhan, Indonesia Jadi Sorotan Dunia
Suporter Arema FC (Aremania) berdoa di Patung Singa Stadion Kanjuruhan, Malang, jawa Timur, Minggu (2/10/2022). [ANTARA FOTO/Zabur Karuru/foc]

SuaraBali.id - Dunia kian menyorot tragedi maut di stadion Kanjuruhan yang menewaskan 125 orang supporter Arema. Hal ini karena 32 orang diantaranya berusia anak termasuk Balita 3 tahun yang meninggal dunia.

Sepak bola Indonesia kini disorot usai meletusnya kericuhan di laga Arema FC vs Persebaya Surabaya dalam lanjutan BRI Liga 1 2022-2023 yang menewaskan ratusan suporter Aremania.

Tragedi ini merupakan insiden kelam di persepakbolaan Indonesia. Kini, fakta baru kian menambah getirnya peristiwa yang diwarnai kekerasan aparat yang diketahui melepaskan gas air mata ke tribun penonton meski sejatinya senjata tersebut sudah dilarang masuk stadion dalam aturan Federasi Sepak Bola Dunia, FIFA.

Melansir AFP, Selasa (4/10/2022), dari 125 orang yang tewas, 32 diantaranya diketahui merupakan anak-anak. Hal itu disampaikan Pejabat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Nahar.

Baca Juga:Sosok yang Berkomentar Nirempati Soal Tragedi Kanjuruhan di Twitter Polsek Srandakan Mengaku

“Dari data terakhir yang kami terima, dari 125 orang yang tewas dalam kecelakaan itu, 32 di antaranya adalah anak-anak, dengan yang termuda adalah balita berusia tiga atau empat tahun,” kata Nahar.

"Kami meminta (polisi) untuk mengungkap siapa yang melakukan kejahatan dan mengambil tindakan terhadap mereka dan kami juga berharap polisi nasional akan mengevaluasi prosedur keamanan mereka," katanya dalam sebuah pernyataan resmi.

Keputusan polisi untuk menggunakan gas air mata dalam proses pengamanan mendapat banyak kritik termasuk dari pelatih Arema FC, Javier Roca. Dia menganggap aparat telah kebablasan.

"Itu menunjukkan stadion tidak siap, mereka tidak menduga kekacauan bisa sebesar itu. Itu seperti longsoran salju. Hal seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya," kata Javier Roca saat wawancara dengan media Spanyol, Cadena Ser dikutip Suara.com pada Selasa (4/10/2022).

"Saya pikir polisi melampaui batas. Saya memang tidak di lapangan dan tidak melihatnya. [Namun], melihat gambar-gambar itu, mungkin mereka bisa menggunakan teknik lain [alih-alih gas air mata]."

Baca Juga:Arema Dewata Sedih Ingat Kerabatnya Yang Jadi Korban di Stadion Kanjuruhan

Hal senada disampaikan komisioner Komnas HAM, Choirul Anam. Dia menyebut kerusuhan dan korban jiwa sebanyak itu mungkin tak akan terjadi andai polisi tidak menggunakan gas air mata.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak